tag:blogger.com,1999:blog-67110711631406313522024-03-20T16:14:42.184-07:00miuw banggetsecercah sinar..
setetes embun..Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.comBlogger20125tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-73355081989843718072012-03-26T11:27:00.000-07:002012-03-26T11:27:24.700-07:00Bacillus subtilisDapet tugas dari SPV utk cr info seputar nih bakteri...<br />
skalian aja deh di re-post, semoga bermanfaat...<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC_772-xNpYqsMCBGSRhdHA9I2ABxpZpHRUC-53nqBO5Kcdng2OmNeXmOqXDm6nLkJV49KlcjgEuwPRKgSZ3ZdMSXQilzK7cn6AVJgwk0wNeboROTF6PYACgUfF6JG4RA1FByLmZ0DcFY/s1600/Bacillus+subtilis+spores.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="270" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiC_772-xNpYqsMCBGSRhdHA9I2ABxpZpHRUC-53nqBO5Kcdng2OmNeXmOqXDm6nLkJV49KlcjgEuwPRKgSZ3ZdMSXQilzK7cn6AVJgwk0wNeboROTF6PYACgUfF6JG4RA1FByLmZ0DcFY/s320/Bacillus+subtilis+spores.jpg" /></a></div><br />
Bacillus subtilis termasuk jenis Bacillus. Bakteri ini termasuk bakteri gram positif, katalase positif yang umum ditemukan di tanah. Bacillus subtilis mempunyai kemampuan untuk membentuk endospora yang protektif yang memberi kemampuan bakterh tersebut mentolerir keadaan yang ekstrim. Tidak seperti species lain seperti sejarah, Bacillus subtilis diklasifikasikan sebagai obligat anaerob walau penelitian sekarang tidak benar. Bacillus subtilis tidak dianggap sebagai patogen walaupun kontaminasi makanan tetapi jarang menyebabkan keracunan makanan. Sporanya dapat tahan terhadap panas tinggi yang sering digunakan pada makanan dan bertanggung jawab terhadap kerusakan pada roti.<br />
<br />
Bacillus subtilis selnya berbentuk basil, ada yang tebal dan yang tipis. Biasanya bentuk rantai atau terpisah. Sebagian motil dan adapula yang non motil. Semua membentuk endospora yang berbentuk bulat dan oval. Baccillus subtlis merupakan jenis kelompok bakteri termofilik yang dapat tumbuh pada kisaran suhu 45 °C – 55 °C dan mempunyai pertumbuhan suhu optimum pada suhu 60 °C – 80 °.<br />
<br />
Bacilus Subtilis ini awalnya bernama Vibro subtilis oleh Christian Gottfried Ehrenberg pada tahun 1835. Kemudian nama bacillus subtilis dikenalkan oleh Ferdinand Cohn pada 1872. B. subtilis telah digunakan sepanjang 1950 sebagai alternatif dari obat karena efek immunostimulatory sel dari masalah, yang pada pencernaan telah ditemukan secara signifikan untuk kekebalan aktivasi antibodi spesifik GM, IgG ,dan Iga keluarnya. Bakteri ini dipasarkan di seluruh Amerika dan Eropa dari 1946 sebagai immunostimulatory bantuan dalam usus dan perawatan dari penyakit urinary tract seperti Rotavirus dan Shigella, tetapi ditolak popularitasnya setelah pengenalan konsumen antibiotik murah walaupun kurang menyebabkan reaksi alergi kesempatan yang cukup rendah dan racun normal flora usus.<br />
<br />
B. subtilis tidak dianggap sebagai manusia pathogen; dapat mencemari makanan tetapi jarang menyebabkan keracunan makanan. B. subtilis produces the proteolytic enzyme subtilisin . B. subtilis menghasilkan enzim proteolytic yang subtilisin. B. subtilis spores dapat hidup yang ekstrim pemanasan yang sering digunakan untuk memasak makanan, dan bertanggung jawab untuk menyebabkan kekentalan yang lengket, membenang konsistensi yang disebabkan oleh bakteri produksi panjang rantai polysaccharides dan manja dalam adonan roti.<br />
<br />
B. subtilis dapat membagi asymmetrically, memproduksi sebuah endospore yang tahan terhadap faktor lingkungan seperti panas, asam, dan garam, yang dapat berada di dalam lingkungan dalam jangka waktu yang lama. Endospore adalah yang dibentuk pada saat gizi stres, memungkinkan organisme untuk terus berada di dalam lingkungan sampai kondisi menjadi baik. Sebelum proses untuk menghasilkan spora bakteri melalui proses produksi flagella dan mengambil DNA dari lingkungan.<br />
<br />
B. subtilis terbukti untuk manipulasi genetik, karena itu telah menjadi banyak diadopsi sebagai model organisme untuk penelitian laboratorium, terutama dari sporulation, yang merupakan contoh sederhana dari diferensiasi selular. Hal ini juga sangat flagellated, yang memberikan B. subtilis kemampuan untuk bergerak sangat cepat.<br />
<br />
B. subtilis memiliki sekitar 4.100 gen. Dari jumlah tersebut, hanya 192 yang ditampilkan. Mayoritas gen yang penting dalam kategori domain relatif sedikit dari metabolisme sel, dengan sekitar separuh yang terlibat dalam pengolahan informasi, satu-kelima yang terlibat dalam sintesis dari sel amplop dan penentuan bentuk dan divisi sel, dan satu-kesepuluh yang berkaitan dengan sel energetika.<br />
<br />
Aplikasi bakteri ini dalam industry cukup banyak. Bacillus subtilis merupakan salah satu yang paling banyak digunakan untuk produksi enzymes dan bahan kimia khusus. Aplikasi industri termasuk produksi amylase, protease, inosine, ribosides, dan asam amino. Selain itu, aplikasinya banyak sekali. Enzymes diproduksi oleh B. subtilis dan B. licheniformis secara luas digunakan sebagai tambahan dalam laundry deterjen. Kemudian bakteri ini dapat memainkan peran dalam pengamanan limbah radionuclide [misalnya Thorium (IV) dan Plutonium (IV)] pembuangan dengan mengikat proton properti dari permukaan.<br />
<br />
Keguanaan lain bakteri ini cukup banyak sekarang dangan berkembangnya teknologi. B. subtilis strain QST 713 (dipasarkan sebagai QST 713 atau serenade) memiliki alam berhubung dgn fungisida aktivitas, dan bekerja sebagai agen kontrol biologi. populer di seluruh dunia sebelum pengenalan konsumen antibiotik immunostimulatory sebagai agen untuk membantu perawatan gastrointestinal dan penyakit urinary tract. Hal ini masih banyak digunakan di Eropa Barat dan Timur Tengah sebagai alternatif obat. dapat dikonversi menjadi peledak berbahaya compounds dari nitrogen, karbon dioksida, dan air. recombinants B. subtilis str. pBE2C1 dan B. subtilis str. pBE2C1AB digunakan dalam produksi polyhydroxyalkanoates (PHA) dan agar mereka dapat menggunakan gandum terendam air limbah sebagai sumber karbon untuk menurunkan biaya produksi PHA.<br />
<br />
sumber: http://lutfiblurry.blogspot.com/2011/02/bacillus-subtilis-dan-aplikasinya-dalam.htmlMiwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-33092239637218221102012-03-26T09:08:00.000-07:002012-03-26T09:08:19.008-07:00Lihatlah...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQw4CgDMxtHlsQ3gBCi8Nw1UCLr0SuhXhyphenhyphen3wMtS-hcD1f6fYKzQTcY78ef_XYI0rmS2O2PS-UQ8b-69C9GtIjx_Xj_QEzGJl_M9sf9411x3SfpKexchCeu1AHDZn4yTupI9YspZD2e8hw/s1600/sujud.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="216" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQw4CgDMxtHlsQ3gBCi8Nw1UCLr0SuhXhyphenhyphen3wMtS-hcD1f6fYKzQTcY78ef_XYI0rmS2O2PS-UQ8b-69C9GtIjx_Xj_QEzGJl_M9sf9411x3SfpKexchCeu1AHDZn4yTupI9YspZD2e8hw/s320/sujud.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
Lihatlah..<br />
Begitu indahnya ahlak mereka,<br />
Yang memilih bersabar menerima hujatan,<br />
dikala mereka mampu berteriak menentang..<br />
Lihatlah..<br />
Begitu damainya laku mereka,<br />
Yang memilih terpekur mengadu kepada Rabb-nya atas ketidak adilan yang diterimanya,<br />
dikala mereka mampu menuntut dengan garang..<br />
Lihatlah..<br />
Begitu syahdunya prasangka mereka,<br />
Yang memilih tetap mendo’akan kebaikan kepada orang-orang yang telah mendholiminya,<br />
dikala apapun pintanya kepada Rabb-nya akan terijabah..<br />
Lihatlah..<br />
Lihatlah mereka, yang bersandangkan keikhlasan itu..<br />
Tak akan layu hanya karena lisan pencela..<br />
Tak akan surut hanya karena ketidak adilan dunia..<br />
Tak akan padam hanya karena kedholiman..<br />
Lihatlah..<br />
Dan..<br />
Belajarlah dari mereka..<br />
27.10.11Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-2718161453844916132012-03-26T09:02:00.001-07:002012-03-26T09:02:39.891-07:00Belum Ada Judul-1<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0h2SoVQrKRY1Z6NP02PEYtxo8t8aBwT-LMC947W4PUzQTgXGz5VRuetOtOlNnr9dLfNV7IDXW6B7S3A3PeHrZlZPwsVfr5ZG5rwarLd6yHLq0lZPivfSy0HQdtUEZULL_wNHMs1DpM6M/s1600/leadership.jpg" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="230" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0h2SoVQrKRY1Z6NP02PEYtxo8t8aBwT-LMC947W4PUzQTgXGz5VRuetOtOlNnr9dLfNV7IDXW6B7S3A3PeHrZlZPwsVfr5ZG5rwarLd6yHLq0lZPivfSy0HQdtUEZULL_wNHMs1DpM6M/s320/leadership.jpg" /></a></div><br />
Jika dulu khalifah Abu Bakar memiliki masyarakat dengan tipikal seperti Umar yang begitu berani menegakkan kebenaran, kemudian pada masa pemerintahan Umar memiliki masyarakat seperti Ali yang berilmu luas sehingga mampu bersikap bijak.. maka kini, beruntunglah SBY, sebagai pemimpin Indonesia saat ini, memiliki masyarakat dengan tipikal seperti kita. Yang jangankan untuk menegakkan kebenaran di masyarakat, jujur terhadap diri sendiri saja sulit. Yang jangankan bersikap bijak, berlaku patut saja masih enggan. Ironis.<br />
Mungkin ini kesalahan pemimpin saat ini, yang tidak mampu memberikan teladan bagi rakyatnya, tapi terlebih lagi, ini adalah kesalahan kita. Karena kitalah pemimpin tersebut menduduki posisinya sekarang, karena kitalah pemimpin memiliki kuasanya sekarang, karena kitalah cermin dari pemimpin itu sendiri. So, tidak ada yang lebih layak disalahkan atas apa yang terjadi di masyarakat kita, selain diri kita sendiri.<br />
Gelar “pemimpin”, tidak hanya disematkan pada mereka yang menjadi kepala Negara, tidak hanya diberikan kepada mereka yang memegang kekuasaan di suatu perkumpulan, tidak hanya dilabelkan pada mereka yang memiliki bawahan. Gelar pemimpin lebih tepat dilekatkan pada siapa yang memiliki milyaran sel dan memiliki hasrat tak terbatas untuk dikendalikan, ya.. itulah kita. Kitalah pemimpin itu.<br />
Setiap kita adalah pemimpin, setidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri, sebelum pada masanya nanti akan ada dari kita yang mendapatkan amanah untuk menjadi pemimpin bagi yang lain. Oleh karena itu, tanggung jawab kita tidak terhenti pada titik dimana kita mampu memimpin diri kita, tetapi kita juga dituntut untuk mempersiapkan diri kita untuk menjadi pemimpin bagi yag lain. Seperti dalam permainan sepak bola, dimana ada pemain yang duduk di bangku cadangan. Pemain cadangan tersebut tidak lantas duduk bersantai melihat pertandingan, tetapi dia juga harus melakukan pemanasan, bersiap jika sewaktu-waktu ada pergatian pemain. Bersiaga jika sewaktu-waktu namanya dipanggil pelatih untuk turun berlaga.<br />
Dalam sejarah perjuangan Rasulullah pun banyak kisah yang menuturkan tentang persiapan para sahabat untuk menjadi seorang pemimpin. Begitu pentingnya kepemimpinan, hingga kepemimpinan itu harus terus bergulir dari 1 tokoh ke tokoh berikutnya. Seperti misalnya dalam perang Mu’tah. Di awal peperangan, Rasulullah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan perang. Rasulullah juga menginstruksikan, jika Zaid wafat, maka digantikan oleh Ja’far. Dan jika Ja’far juga wafat, maka digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Rasullullah juga menjelaskan apabila semua pemimpin perang yang telah beliau sebutkan itu wafat, maka beliau memerintahkan kaum muslimin untuk memilih pemimpinnya sendiri.<br />
Ditengah hiruk-pikuk perang Mu’tah & berita wafatnya ketiga komandan perang yang telah ditetapkan, tibalah saat dimana kaum muslimin harus menentukan siapa pemimpin berikutnya. Hingga terpilihlah Khalid bin walid sebagai komandan perang menggantikan Abdullah bin Rawahah. Bukannya keunggulan di medan perang yang diwarisi Khalid di awal kepemimpinannya, tetapi jumlah pasukan yang kian menipis. Kondisi ini tidak kemudian membuat Khalid gentar. Pada saat terdesak itu, Khalid membagi pasukan muslim menjadi bagian depan, belakang, sayap kanan dan sayap kiri. Kemudian secara berkala masing-masing kelompok pasukan tersebut diputar posisinya, sehingga tampak seolah jumlah kaum muslimin sangat banyak. Hingga pada akhirnya kaum muslimin memenangkan peperangan tersebut.<br />
Sebuah strategi perang yang cerdas dari seorang Khalid bin Walid, yang semula hanya pasukan biasa. Strategi itu tidak akan mungkin muncul begitu saja tanpa persiapan sebelumnya. Benar saja, kemanapun Khalid bepergian, entah melewati pegunungan, lembah ataupun jalan lainnya, dia selalu berpikir tentang strategi perang apa yang sesuai untuk medan yang dilaluinya tersebut. Latihan-latihan itulah yang kemudian mengantarkan Khalid menjadi panglima perang yang handal di kalangan kaum muslimin.<br />
Giliran kita, yang entah kapan masa itu akan datang, masa dimana kita yang memimpin, akankah kita akan sesiap Khalid bin Walid ketika amanah itu datang??<br />
Untuk itu, yang perlu kita persiapkan adalah latihan-latihan, atau minimal pemanasan-pemanasan kecil ala pemain cadangan, hingga pada saat itu tiba, kita sudah cukup matang untuk menerima amanah itu. Hingga pada saat itu tiba, kalau pun bukan kita yang menjadi pemimpin, setidaknya kita bisa menjadi masyarakat seberani Umar ataupun sebijak Ali.<br />
Let’s do our best, together.. for the better future.. SEMUNGUUT!!!<br />
<br />
25.11.11Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-34123589281487877682011-08-04T05:43:00.000-07:002011-08-04T05:43:40.850-07:00Memahami Hakikat Pernikahan dalam Islam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNlpmbbd7BZUOIgMrYTLyrbha9W5tStEfBlM6jzGjvlmrbgA3GPJgin6r9n4S9lYY8-RkCG-xx_MBjJf9UILgI-xr0IOQczEZAD8P9ysarriqS_Anf6MWW7TmblYWsPzmT9ztMYoFUjw0/s1600/nikah-islami.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="234" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNlpmbbd7BZUOIgMrYTLyrbha9W5tStEfBlM6jzGjvlmrbgA3GPJgin6r9n4S9lYY8-RkCG-xx_MBjJf9UILgI-xr0IOQczEZAD8P9ysarriqS_Anf6MWW7TmblYWsPzmT9ztMYoFUjw0/s320/nikah-islami.jpg" /></a></div><br />
Pernikahan bisa dipahami sebagai aqad untuk beribadah kepada Allah, aqad untuk menegakkan syari'at Allah, aqad untuk membangun rumah tangga sakinah, mawaddah wa rahmah.<br />
<br />
Pernikahan juga akad untuk meninggallkan kemaksiatan, aqad untuk saling mencintai karena Allah, aqad untuk saling menghormati dan menghargai, aqad untuk saling mnerima apa adanya, aqad untuk saling menguatkan keimanan, aqad untuk saling membantu dan meringankan beban, aqad untuk saling menasehati, aqad untuk setia kepada pasangannya dalam suka dan duka, dalam kefakiran dan kekayaan, dalam sakit dan sehat.<br />
<br />
Pernikahan berarti aqad untuk meniti hari-hari dalam kebersamaan, aqad untuk saling melindungi, aqad untuk saling mempercayai, aqad untuk saling menutupi aib, aqad untuk saling mencurahkan perasaan, aqad untuk berlomba menunaikan kewajiban, aqad untuk saling memaafkan kesalahan, aqad untuk tidak menyimpan dendam dan kemarahan, aqad untuk tidak mengungkit-ungkit kelemahan, kekurangan dan kesalahan.<br />
<br />
pernikahan adalah aqad untuk tidak melakuka pelanggaran, aqad untuk tidak saling menyakiti hati dan perasaan, aqad untuk tidak saling menyakiti badan, aqad untuk lembut dalam perkataan, aqad untuk santun dalam pergaulan, aqad untuk indah dalam penampilan, aqad untuk mesra dalam mengungkapkan keinginan, aqad untuk saling mengembangkan potensi diri, aqad untuk adanya saling keterbukaan yang melegakan, aqad untuk salig menumpahkan kasih sayang, aqad untuk saling merindukan, aqad untuk tidak adanya pemaksaan kehendak, aqad untuk tidak saling membiarkan, aqad untuk tidak saling meninggalkan.<br />
<br />
Pernikahan juga bermakna aqad untuk menebarkan kebajikan, aqad untuk mencetak generasi berkualitas, aqad untuk siap menjadi bapak dan ibu bagi anak-anak, aqad untuk membangun perdaba, aqad untuk segala yang bernama kebaikan!<br />
<br />
(Takariwan, 2000)Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-85211239905379672182011-08-04T03:57:00.000-07:002011-08-04T04:04:10.712-07:00SMANGAT MENUNTUT ILMU YOOOOK!!! ^^Abu hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, "sesungguhnya, Allah memiliki malaikat yang berkeliling di jalan mencari majelis dzikir. Apabila bertemu kaum yang berdzikir kepada Alla, masing-masing memanggil kawannya sambil berkata,'inilah yang kamu cari'. Maka, dikerumunilah majelis itu dengan sayap mereka hingga ke langit dunia.<br />
Kemudian Allah bertanya kepada para malaikat,-padahal Allah lebih mengetahui-'apakah yang dibaca oleh hambaKu?'<br />
Malaikat menjawab,'mereka bertasbih dan bertakbir dan memuji serta memuliakan Engkau.'<br />
'Apakah mereka telah melihat Aku?'<br />
jawab malaikat,'belum, mereka belum pernah melihat Engkau.'<br />
'Bagaimana jika mereka melihat Aku?'<br />
'Tentu mereka akan lebih giat beribadah, lebih taat dan lebih banyak bertasbih kepada-Mu.'<br />
'Apa yang mereka minta?'<br />
'mereka meminta surga.'<br />
'Apakah mereka pernah melihatnya?'<br />
'Demi Allah, mereka belum melihatnya.'<br />
'Bagaimana jika mereka dapat melihatnya?'<br />
'Tentu akan lebih ingin dan lebih semangat lagi untuk mencapainya'<br />
'Dari apa mereka meminta perlindungan?'<br />
'Mereka minta perlindungan dari api neraka.'<br />
'Apakah mereka telah melihatnya?'<br />
'Belum, demi Allah mereka belum melihatnya.'<br />
'Bagaimana jika mereka melihatnya?'<br />
'Andaikan mereka melihatnya tentu akan semakin takut dan lari menjauh darinya.'<br />
'Saksikan oleh kalian bahwa Aku telah mengampuni mereka semua!'<br />
<br />
Satu malaikat berkata kepada Allah, 'Ya Allah, di majelis itu ada yang bukan dari kalangan mereka. hanya bertepatan karena ada keperluan maka datang di majelis itu.' Allah menjawab, 'Mereka ahli majelis yang tak akan kecewa pada siapapun yang duduk bersama mereka!'" (HR. Bukhari & Muslim)<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4KjT4zcayaCipyqKvb4ylkv1eS45RzroNCGcKs2ACTqL5P3fnN8E_nZCArd2fWN6bL7nur8BDWU00WFiC21TUi1MXjr1n6iFM6IQmLy5wIuTD1Y8e5FYtQwwKdiG-n39eh0hh1887lSY/s1600/cat_read.jpg" imageanchor="1" style="margin-left:1em; margin-right:1em"><img border="0" height="240" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj4KjT4zcayaCipyqKvb4ylkv1eS45RzroNCGcKs2ACTqL5P3fnN8E_nZCArd2fWN6bL7nur8BDWU00WFiC21TUi1MXjr1n6iFM6IQmLy5wIuTD1Y8e5FYtQwwKdiG-n39eh0hh1887lSY/s320/cat_read.jpg" /></a></div><br />
<br />
<br />
Subhanallah... begitu besarnya keridhoan Allah pada para penuntut ilmu..<br />
namun tak jarang kita lebih mudah dilenakan oleh kesibukan lain & melalaikan menuntut ilmu..<br />
bahkan tak jarang kita merasa angkuh atas besarnya ilmu yang kita miliki. setitik ilmu yang kita miliki adalah bagian dari gurun ilmuNYA, lalu..atas dasar apa kita menyombongkan diri??<br />
tengoklah keengganan kita untuk menuntut ilmu, telisik pula kabar imam dari amal-amal kita, bukankah ilmu adalah imam dari amal??<br />
<br />
Pasuruan, 4 Ramadhan 1432H<br />
miuw_inkMiwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-2635845255789939552011-07-26T09:05:00.000-07:002011-07-26T09:05:07.308-07:00Hymne, Mars, Tujuan, Visi, Misi Universitas Brawijaya; bekal buat yg mo ospek nih :)<b>HYMNE UNIVERSITAS BRAWIJAYA</b><br />
<br />
Pada zaman cemerlang budaya Indonesia<br />
Jaya bertahta permata pujaan negara<br />
Penyuluh jiwa budi satria nan perwira<br />
Itulah Sri Maharaja Brawijaya mulia<br />
O, Brawijaya luhur citanya, luhur tujuannya<br />
O, Brawijaya lambang abadi, kebangunan Indonesia<br />
Di bawah naunganmu berdaya tempat dharma<br />
Pengasuh budaya bagi putra-putri bangsa<br />
Rela berdharma bakti berjuang nan satria<br />
Mengabdi pada pertiwi bumi Indonesia<br />
O, Brawijaya bangun citanya, bangun tujuannya<br />
O, Brawijaya lambang abadi, kemuliaan bangsa<br />
Padamu 'ku berjanji setia jiwa raga<br />
Menuntut budaya untuk kemuliaan bangsa<br />
Menjunjung tinggi cita pusaka Brawijaya<br />
Mengabdi pada pertiwi bumi Indonesia<br />
O, Brawijaya hidup citanya, hidup tujuannya<br />
O, Brawijaya lambang abadi kekayaan Indonesia<br />
<br />
<br />
<br />
<b>MARS UNIVERSITAS BRAWIJAYA</b><br />
<br />
Berpadu di derap langkah menyambut terangnya sang surya<br />
Universitas Brawijaya sumber Ilmu dan budaya<br />
Kibarkan tekad patria serempak dalam satu cita<br />
Ayo bangkit semangat baja bahagia menanti kita<br />
Maju terus maju Almamater tercinta Universitas Brawijaya<br />
Dengan rahmat Tuhan dan dasar pancasila abadilah namamu<br />
Dengan jiwa Tri Dharmamu kami setia mengawalmu Universitas Brawijaya jayalah sepanjang masa.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>TUJUAN</b><br />
<br />
Menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mampu membelajarkan diri, memiliki wawasan yang luas memiliki disiplin dan etos kerja, sehingga menjadi tenaga akademis dan professional yang tangguh dan mampu bersaing di tingkat internasional.<br />
Mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni guna mendorong pengembangan budaya.<br />
Mempunyai kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan konsep pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>VISI</b><br />
<br />
Menjadi universitas unggul yang berstandar internasional dan mampu berperan aktif dalam pembangunan bangsa melalui proses pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.<br />
<br />
<br />
<br />
<b>MISI</b><br />
<br />
Membangkitkan kekuatan moral dan kesadaran tentang keberadaan penciptaan alam oleh Tuhan YME dan sadar bahwa setiap kehidupan mempunyai hak untuk dihargai.<br />
Menyelenggarakan proses pendidikan agar peserta didik menjadi manusia yang berkemampuan akademik dan/atau professional yang bermutu serta berkepribadian/berjiwa entrepeneur.<br />
Melakukan pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, humaniora dan seni, serta mengupayakan penggunaanya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-39469938407815737622011-07-25T21:29:00.000-07:002011-07-25T21:29:53.285-07:00cinta kasihmu takkan pernah terganti..dia yg selalu menerima qt dalam keadaan terhina sekalipun..<br />
dia yg pertama kali meneteskan air mata disaat qt tersakiti..<br />
dia yg pertama kali berurai air mata bahagia disaat terindah qt..<br />
ya, dia selalu menjadi manusia pertama yg "ada" untuk qt..<br />
bagaimana dg qt???<br />
<br />
<br />
<br />
IBU..<br />
By: Hadad Alwi feat Farhan<br />
<br />
Bersinar kau bagai cahaya<br />
Yang selalu beri ku penerangan<br />
Selembut citra kasihmu kan<br />
Selalu ku rasa dalam suka dan duka<br />
<br />
Kaulah ibuku cinta kasihku<br />
Terima kasihku takkan pernah terhenti<br />
Kau bagai matahari yang selalu bersinar<br />
Sinari hidupku dengan kehangatanmu<br />
<br />
Bagaikan embun kesejukan hati ini<br />
Dengan kasih sayangmu<br />
Betapa kau sangat berarti<br />
Dan bagiku kau takkan pernah terganti<br />
<br />
Kaulah ibuku cinta kasihku<br />
Terima kasihku takkan pernah terhenti<br />
Kau bagai matahari yang selalu bersinar<br />
Sinari hidupku dengan kehangatanmu<br />
<br />
Kaulah ibuku cinta kasihku<br />
Pengorbananmu sungguh sangat berarti<br />
<br />
Kaulah ibuku cinta kasihku<br />
Terima kasihku takkan pernah terhenti<br />
Kau bagai matahari yang selalu bersinar<br />
Sinari hidupku dengan kehangatanmu<br />
<br />
Kaulah ibuku cinta kasihku<br />
Terima kasihku takkan pernah terhenti<br />
Kau bagai matahari yang selalu bersinar<br />
Sinari hidupku dengan kehangatanmu<br />
Sinari hidupku dengan kehangatanmuMiwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-69410151780970612382011-07-24T23:12:00.000-07:002011-07-24T23:12:24.413-07:00Wellcome Ramadhan!! ^^Alhamdulillah...<br />
H-6 jelang ramadhan, insyaAllah..<br />
Semoga qt disampaikan pada Ramadhan & menjadi hamba-hamba yg "naik kelas" :)<br />
<br />
Berikut ini ada tausiah menarik berkaitan dg ramadhan dari dakwatuna.com, semoga bermanfaat.. happy reading!! ^^<br />
<br />
Ibarat sebuah tanaman, maka amaliyah Ramadhan adalah pohonnya. Mediumnya adalah bulan Ramadhan. Pohon apa yang kita tanam di medium Ramadhan, itulah yang akan kita petik, itulah yang akan kita nikmati. Karena “siapa menanam dia yang menuai”.<br />
<br />
Pertanyaannya; Pohon apa saja yang perlu kita tanam di bulan suci ini?<br />
Paling tidak ada 10 pohon Ramadhan yang mesti kita tanam di medium bulan Ramadhan ini:<br />
<br />
Pohon pertama, shaum. Tidak sekedar menahan hal yang membatalkan shaum –makan, minum dan berhubungan biologis- dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari saja. Karena, kalau hanya sekedar menahan yang demikian, boleh jadi anak kecil, usia SD bisa melakukannya. Betapa anak-anak kita sudah belajar shaum semenjak dibangku sekolah bukan?<br />
<br />
Nah, kalau demikian, apa bedanya shaumnya kita dengan mereka?<br />
Harus ada nilai lebih, yaitu menjaga dari yang membatalkan nilai dan pahala shaum.<br />
<br />
Apa yang membatalkan nilai shaum. Di antaranya bohong, ghibah, namimah, mengumpat, hasud dan penyakit hati lainnya. Dengan demikian, mata, telinga, lisan, tangan, kaki dan anggota badan kita ikut serta shaum.<br />
<br />
“Betapa banyak orang yang shaum, tidak mendapatkan sesuatu kecuali hanya rasa lapar dan dahaga semata.” Begitu penegasan Rasulullah saw.<br />
<br />
Pohon kedua, sahur. Sahur tidak pengganti sarapan pagi, bukan juga penambah makan malam. Namun sahur yang penuh berkah, yang dilakukan diakhir jelang waktu fajar. Di sinilah waktu-waktu yang sangat mahal, doa dikabulkan, permintaan dipenuhi. Sehingga ketika melaksanakan sahur tidak tidak sambil nonton hiburan, tayangan yang melenakan, oleh media elektronik. Sibukkan diri dan keluarga kita dengan mensyukuri nikmat Allah dengan bersama-sama melaksanakan sunnah sahur ini dengan penuh hikmat dan kekeluargaan.<br />
<br />
“Sahurlah, karena dalam sahur itu ada keberkahan.” Begitu sabda Rasulullah saw. mengajarkan.<br />
<br />
Pohon ketiga, ifthar. Buka puasa. Sunnah buka puasa itu disegerakan. Ketika dengar kumandang adzan Maghrib, segera lakukan buka puasa. Jangan tunda, jangan sok kuat, nanti bakda tarawih saja, bukan.<br />
<br />
Dengan apa kita ifthar? Sunnahnya dengan ruthab atau kurma muda. Berapa biji? Bilangan ganjil satu atau tiga biji. Kalau tidak ada, seteguk air putih. Itu yang dilakukan Rasulullah saw. bukan dengan memakan aneka hidangan, ragam makanan, bukan. Dan Rasulullah saw. pun baru makan besar setelah shalat tarawih.<br />
<br />
Ifthar bukan ajang balas dendam, seharian manahan lapar, ketika bedug Maghrib, seakan ingin melampiaskan rasa laparnya dengan memakan semua yang ada. Perilaku ini tentu tidak akan membawa dampak perubahan dalam kehidupan pelakunya. Justeru dengan berlapar-lapar sambil merenungkan hikmah shaum dan menjadi bukti kesyukuran adalah sebagian dari target berpuasa. Sehingga dengan sadar dan hikmat kita berdoa saat berbuka:<br />
<br />
“Yaa Allah, kepada-Mu aku shaum, dengan rizki-Mu aku berbuka, telah hilang rasa haus-dahagaku, kerongkongan telah basah, karena itu tetapkan pahala bagiku, insya Allah.”<br />
<br />
Pohon keempat, tarawih. Tarawih berasal dari akar kata “raaha-yaruuhu-raahatan-watarwiihatan- yang artinya rehat, istirahat, santai. Sehingga shalat tarawih adalah shalat yang dilaksanakan dengan thuma’ninah, santai, khusyu’ dan penuh penghayatan, bukan hanya sekedar mengejar target bilangan rekaatnya saja, mau delapan, dua puluh, empat puluh, silahkan dikerjakan, asal memperhatikan rukun, wajib, dan sunnah shalat.<br />
<br />
Kalau kita disuruh memilih, apakah shalat tarawih di masjid yang dalamnya dibaca “idzaa jaa’a nashrullahi wal fathu” atau shalat tarawih di masjid yang baca “idzaa jaa’akal munaafiquna qaaluu nasyhadu innaka larasuuluh…” Pilih mana?<br />
<br />
Kita tidak dalam posisi membandingkan surat yang dibaca, semua adalah surat dalam Al-Qur’an, namun kita ingin membandingkan sikap kita, apa kita pilih yang panjang-panjang namun khusyu’ atau pilih yang pendek-pendek namun secepat kilat.<br />
<br />
Umat muslim harus berani mengevaluasi diri dalam hal pelaksanaan shalat tarawih ini. Sebab, sudah kesekian kali kita melaksanakan shalat tarawih dalam hidup kita, namun kita belum bisa meresapi, merenungkan dan mendapatkan manisnya shalat, bermunajat kepada Allah swt. secara langsung.<br />
<br />
Bukankah Rasulullah saw. meneladankan kepada kita, bahwa beliau shalat tarawih, di reka’at pertama setelah beliau membaca surat Al-Fatihah, beliau membaca surat Al-Baqarah sampai selesai, para sahabat mengira beliau akan ruku’, namun beliau melanjutkan membaca surat An-Nisa’ sampai selesai, para sahabat kembali mengira beliau akan ruku’, namun kembali beliau membaca surat Ali-Imran sampai selesai, baru beliau ruku’. Sedangkan ruku’, i’tidal dan sujud beliau lamanya seperti beliau berdiri rekaat pertama. Subhanallah!<br />
<br />
Tentu kita tidak sekuat Rasulullah saw. namun yang kita teladani dari beliau adalah pelaksanaannya, dengan cara yang thuma’ninah, khusyu’ dan penuh tadabbur.<br />
<br />
Pohon kelima, tilawatul Qur’an. Membaca Al-Qur’an. Atau yang populer adalah tadarus Al-Qur’an. Tadarus tidak hanya dilakukan di bulan suci ini, juga dilakukan setiap hari di luar Ramadhan, namun pada bulan suci ini tadarus lebih dikuatkan, ditambahkan kuantitas dan kualitasnya. Setiap malam, Rasulullah saw. bergantian bertadarus dan mengkhatamkan Al-Qur’an dengan malaikat Jibril.<br />
<br />
Imam Malik, ketika memasuki bulan suci Ramadhan meninggalkan semua aktivitas keilmuan atau memberi fatwa. Semua ia tinggalkan hanya untuk mengisi waktu Ramadhannya dengan tadarus.<br />
<br />
Imam Asy-Syafi’i, si-empunya madzhab yang diikuti di negeri ini, ketika masuk bulan Ramadhan ia mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali, sehingga beliau khatam Al-Qur’an 60 kali selama sebulan penuh. Subhanallah!<br />
<br />
Kita tidak perlu mendebat, apakah itu mungkin? Bagaimana caranya beliau bisa melakukan hal itu? Esensi yang jauh lebih penting adalah, semangat dan mujahadah yang kuat itulah yang mesti kita miliki dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.<br />
<br />
Pohon keenam, ith’aamul ifthor. Memberi berbuka puasa. Jangan diremehkan memberi berbuka puasa kepada orang yang berpuasa, baik langsung maupun lewat masjid. Walau hanya satu butir kurma, satu teguk air, makanan, minuman dan lainnya. Sebab, nilai dan pahalanya sama seperti orang yang berpuasa yang kita kasih berbuka itu. Di negara-negara Timur-Tengah, tradisi dan sunnah memberi buka puasa ini sangat kental. Hampir-hampir setiap rumah membuka pintu selebar-lebarnya bagi para kerabat, musafir, tetangga, sahabat, untuk berbuka bersama dengan mereka.<br />
<br />
Kita jadikan memberi buka bersama ini sebagai sarana menebar kepedulian, kekeluargaan, keakraban, dengan sesama, lebih lagi sebagai sarana fastabiqul khairat.<br />
<br />
Pohon ketujuh, i’tikaf. Melaksanakan i’tikaf 10 hari akhir Ramadhan. Inilah amalan sunnah muakkadah yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah saw. semasa hidupnya. Lebih dari 8 atau 9 kali beliau beri’tikaf di bulan suci ini, bahkan di tahun di mana beliau meninggal, beliau beri’tikaf 20 hari akhir Ramadhan. Beliau membangunkan istri-sitrinya, kerabatnya untuk menghidupkan malam-malam mulia dan mahal ini. (baca i’tikaf)<br />
<br />
Pohon kedelapan, taharri lailatail qadar. Memburu lailatul qadar. Usia rata-rata umat Muhammad adalah 60 tahun, jika lebih, itu kira-kira bonus dari Allah swt. Namun usia yang relatif pendek itu bisa menyamai nilai dan makna usia umat-umat terdahulu yang bilangan umur mereka ratusan bahkan ribuan tahun. Bagaimana caranya? Ya, dengan cara memburu lailatul qadar, sebab orang yang meraih lailatul qadar dalam kondisi beribadah kepada Allah swt., berarti ia telah berbuat kebaikan sepanjang 1000 bulan atau 84 tahun 3 bulan penuh. Jika kita meraih lailatul qadar sekali, dua kali, tiga kali, dan seterusnya, maka nilai usia dan ibadah kita bisa menyamai umat-umat terdahulu.<br />
<br />
Rahasia inilah yang di yaumil akhir kelak, umat Muhammad saw. dibangkitan dari alam kubur terlebih dahulu, dihisab terlebih dahulu, dimasukkan ke surga terlebih dahulu, dan juga dimasukkan ke neraka terlebih dahulu, waliyadzu billah.<br />
<br />
“Pada bulan ini ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang terhalang dari kebaikannya berarti ia telah benar-benar terhalang dari kebaikan.” (H.R. Ahmad)<br />
<br />
Pohon kesembilan, umroh. Melaksanakan ibadah umroh dibulan suci Ramadhan, terutama 10 akhir Ramadhan. Sebab melaksanakan umroh di bulan suci ini seperti malaksanakan ibadah haji atau ibadah haji bersama Rasulullah saw.<br />
<br />
“Umrah di bulan Ramadhan sebanding dengan haji.” Dalam riwayat yang lain: “Sebanding haji bersamaku.” (HR. Bukhari dan Muslim)<br />
<br />
Pohon kesepuluh, menunaikan ZISWAF, yaitu mengeluarkan zakat, infaq, sedekah dan wakaf. ZISWAF adalah merupakan ibadah maaliyah ijtima’iyyah, ibadah yang terkait dengan harta dan berdampak pada manfaat sosial. Mengeluarkan ZISWAF tidak hanya bulan suci Ramadhan, kecuali zakat fitrah yang memang harus dikeluarkan sebelum shalat iedul fitri, sedangkan zakat-zakat yang lain, sedekah dan infaq dilakukan kapan saja dan di mana saja, namun karena bulan Ramadhan menjanjikan kebaikan berlipat, biasanya kesempatan ini tidak disia-siakan umat muslim, sehingga umat muslim berbondong-bondong menunjukkan kepeduliannya dengan berZISWAF. Tentu dilakukan dengan baik, benar dan tidak memakan korban. Lebih baik lagi jika disalurkan lewat Lembaga Amil Zakat yang memang mengelola dana-dana umat ini sepanjang hari, tidak hanya tahunan.<br />
<br />
Berbicara tentang potensi ZISWAF di negeri ini sangatlah besar jumlah, setiap tahunnya potensi ZISWAF itu 19, 3 Trilyun Rupiah. Subhanallah, dana yang tidak sedikit yang jika bisa digali, diberdayakan, maka ekonomi umat Islam akan lebih baik.<br />
<br />
Inilah 10 pohon Ramadhan, “Siapa menanamnya ia akan menuai”, biidznillah. Allahu a’lam<br />
<br />
10 Pohon Ramadhan<br />
Fiqih Islam<br />
21/8/2009 | 28 Sya’ban 1430 H | Hits: 2,891<br />
Oleh: Ulis Tofa, Lc<br />
<br />
http://www.dakwatuna.com/2009/10-pohon-ramadhan/Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-4399997192400555412011-06-14T16:41:00.000-07:002011-06-14T16:41:13.103-07:00wellcome home!! ^^setelah sekian lama terkurung dg masa adaptasi di Lab, finnaly bs utak-atik blog lg deeeeh... Bismillah..Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-145971349194236242011-06-14T16:36:00.000-07:002011-06-14T16:36:30.837-07:001 JAM SAJA..Teringat penggalan chating dengan teman lama yang akan melangsungkan pernikahannya beberapa hari lagi. "Siapa ikhwan yang akan menikahi anti ukhti?",tanyaku. Lama, tak kunjung muncul jawaban di layar. Saking penasarannya,tak ku alihkan pandanganku dari layar. akhirnya jawaban yang ku tunggu muncul jg. "anti gak kenal ukh, lha wong ana aja gak kenal kok.." jawaban yang membuat ku semakin penasaran. "ana cuma mengenal beliau lewat ta'aruf dalam waktu 1 jam" tambahnya. Deggggg!!! "subhanallah..." hanya kata itu yg bs terucap lirih dalam hati.<br />
Meski sudah familiar dengan proses-proses kilat semacam itu, tetapi rasa takjub tidak pernah tersingkir dari benak ini. Selalu saja ada rasa kagum tersendiri pada mereka yang bersabar melalui rute ini, bersabar untuk selalu mencoba menjaga dirinya, hatinya..hingga tiba masa yang telah Allah tetapkan padanya untuk bertemu dengan pasangannya.<br />
Jalan yang mereka tempuh untuk tetap bersabar menjaga hati tentu tidak semudah yang tampak, pasti banyak ujian yang harus mereka tempuh, banyak godaan yang harus mereka hadapi, banyak gunjingan atau bahkan fitnah yang harus mereka hempas. Semua itu mustahil mampu mereka lalui tanpa keyakinan akan adanya “rencana” yang indah dari Rabbnya. Diantara percaya dan tidak percaya ada mereka, yang setangguh itu, tapi inilah adanya.<br />
Jika mereka bisa,mengapa qt tidak????<br />
Jika bersabar dalam jenak mampu menghasilkan buah yang lebih manis kelak, mengapa tidak bersabar saja?<br />
Jika bertahan dalam gelap mampu menghasilkan warna-warni cahaya yang lebih indah kelak, mengapa tidak bertahan saja?<br />
Semua akan manis & indah pada waktunya..<br />
Purwosari, 14.06.11, 22.01Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-50615334939202660272011-04-10T05:57:00.000-07:002011-04-10T05:57:46.301-07:00Surat Cinta Untuk Saudaraku..<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMkKkJfbcBoJ2hWtKtcrPgdHoxhHd4_VB84k7ZZjY_cw2lrOzrzTqd9cc4_IjyX3oY9M441y2nRxVUqtXo_abL3LbecL8y5FJOqmIX-nVzX-iKio2ykagB5gNHuRDnQMLaclaGVnzNCKQ/s1600/love3.bmp" imageanchor="1" style="clear:right; float:right; margin-left:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="213" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhMkKkJfbcBoJ2hWtKtcrPgdHoxhHd4_VB84k7ZZjY_cw2lrOzrzTqd9cc4_IjyX3oY9M441y2nRxVUqtXo_abL3LbecL8y5FJOqmIX-nVzX-iKio2ykagB5gNHuRDnQMLaclaGVnzNCKQ/s320/love3.bmp" /></a></div><br />
<br />
Assalamu’alaikum Wr. Wb.<br />
Secerah apapun sinar mentari, ada kalanya sinar itu tertutup awan mendung. Namun demikian, walaupun mendung tebal menutupi sinar mentari, tidak pernah sekalipun sinar itu meredup. Dengan angkuh mentari akan tetap memancarkan sinar dari tempatnya di atas sana. Mendung tebal itu hanya akan menghalangi sinar mentari, tidak akan meredupkan pancaran sinarnya apalagi mematikan sinarnya. Jangankan mematikan sinarnya, menyentuh mentari saja mendung tebal itu tidak akan mampu.<br />
Ya.. layaknya perjalanan panjang yang kita lalui ini. Ada kalanya tidak secerah apa yang kita harapkan, namun disinilah ketangguhan diri kita, atau lebih tepatnya barisan dakwah kita ini diuji. Apakah dengan mendung-mendung yang silih berganti tertiup angin sehingga menghampiri kita, akan membuat kita berhenti bersinar ataukah kita akan tetap bertahan layaknya sinar matahari.<br />
Ikhwatifillah..jalan yang kita pilih untuk kita lalui ini bukanlah jalan lapang dengan berbagai kemudahan. Jalan ini dipenuhi oleh jurang-jurang keputus asaan yang curam di berbagai tempat, yang siap sewaktu-waktu menggelincirkan kita kedalamnya. Jangan harap kita dapat sampai tujuan kita dengan selamat jika kita tidak berhati-hati dalam melaluinya. Tidak ada cara lain agar kita selamat dan tidak terjatuh ketika melewati jalan ini, kecuali rapikan barisan kita dan berpegang teguh pada tali Allah. <br />
Lelah, jumud, sakit hati dan masih banyak lagi hal-hal yang tidak kita inginkan akan mengiringi perjalanan ini. Tapi inilah jalan yang kita pilih. Jalan yang membuat kita berjanji dalam diri kita ‘kan tetap kita lalui walaupun terasa perih dan tak jarang membuat kita berurai air mata. Jalan yang tidak banyak memberikan nilai jual bagi orang lain, tapi kita…dengan rela berjuang di dalamnya.<br />
Subhanallah…ikhwatifillah jangan pernah merasa kerdil ketika berada di barisan dakwah ini. Masing-masing kita sangat berharga, bahkan lebih berharga dari kehidupan itu sendiri. Bagaimana tidak, ketika orang lain mempertaruhkan hidupnya hanya untuk hedonisme yang semu, antum dengan mudahnya mempertaruhkan hidup, demi tegaknya dien ini. Lalu jika demikian apakah kehidupan dunia ini masih mampu menggantikan keindahan yang kelak akan kita dapatkan. Keindahan yang telah Allah janjikan kepada segolongan umat yang menyeru kepada Allah.<br />
Ikhwatifillah, Percayalah di ujung jalan ini akan kita temukan cita-cita besar kita. Pastikan kita ikhlas melalui jalan ini. Dan…kita kan bangga ketika menerima raport kita di hari akhir kelak..<br />
Adalah hak kita untuk mendapatkan kesuksesan, ketika kita telah tulus berdo’a dan ikhlas berikhtiar. Jika kesuksesan itu tidak kita dapatkan di dunia, maka suatu kepastian bahwa di akhirat kelak akan kita dapatkan kesuksesan itu. Karena Allah maha kaya, maha berkehendak dan...tidak akan pernah mengingkari janjinya.<br />
Teruslah bersinar saudaraku, sekalipun mendung kelam menghalangi sinar mu...<br />
Wassalamu’alaikum Wr. Wb<br />
Smangat2!<br />
Miuw_inkMiwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-70669272406648534962011-04-08T03:28:00.000-07:002011-04-08T03:28:18.247-07:00Secuil Semangat bersama FORKITA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJr6oUtdJ0Bff9H1Ho0uTzE8pS3O9ulryJxyLJpQe1Dl3XqElfaJ3phY1Tr8MZdA2XsYwMjyWyc4Clge3b_1caEs_pJaXd_Hj7agceD9PBD8xKQZ9V4TcUujxonKgZe38CM2z9MmhqkGw/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="179" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJr6oUtdJ0Bff9H1Ho0uTzE8pS3O9ulryJxyLJpQe1Dl3XqElfaJ3phY1Tr8MZdA2XsYwMjyWyc4Clge3b_1caEs_pJaXd_Hj7agceD9PBD8xKQZ9V4TcUujxonKgZe38CM2z9MmhqkGw/s320/1.jpg" width="320" /></a></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify;"> Ikhwatifillah..begitu banyak penggalan momentum hidup yang telah kita lalui, bukan tidak mungkin jika setiap momentun tersebut kadangkala memiliki daya lontar yang luar biasa hebatnya. Lontaran yang mampu membuat kita menuju titik tertinggi dalam hidup ini atau bahkan lontaran yang akan menghempaskan kita menuju titik nol dalam rentang perjalanan hidup kita. Semua efek yang ditimbulkan dari tiap lontaran momentum itu bergantung pada bagaimana cara kita memanfaatkan momentum hidup itu sendiri.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Ya..memang, pada akhirnya segala keputusan itu ada di tangan Allah, bahkan sepersekian juta detik pun kita tidak akan pernah tau kejutan apa yang telah disediakan Allah didepan kita. Tapi bukankah masing-masing kita punya kesempatan untuk berikhtiar..</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pilihan akan selalu datang menghampiri disetiap momentum yang datang. Begitu banyak persimpangan yang akan kita temui dalam perjalanan panjang ini. <span lang="FI">Ke arah mana kita akan berjalan, merupakan tuntutan hidup yang harus kita pilih. Kita bebas merencanakan arah hidup kita, namun suatu keniscayaan bahwa disetiap pilihan itu juga terdapat konsekwensi yang tidak dapat dielakkan. Konsekwensi-konsekwensi yang mengekor pada pilihan kita inilah yang tidak dapat kita pilih.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Apakah hanya karena konsekwensi itu selanjutnya kita tidak memilih apapun..lemah sekali kita jika begitu adanya. Bahkan ketika kita tidak memilih apapun, itu berarti kita memilih untuk tidak memilih. Dan tidak memilih-puj juga memiliki konsekwensi yang tidak bisa dihindari.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Sekarang, ketika kita memilih untuk berada di jalan dakwah ini, maka bersiaplah untuk menerima konsekwensi dari pilihan ini. Jangan lantas mengeluh ketika antum diberi amanah yang cukup besar. Kerena percayalah..bahwa semua amanah yang diberikan kepada antum semata-mata datangnya hanyalah dari Allah, Allah maha mengetahui takaran yang tepat, seberapa kuatkah antum mampu untuk mengemban sebuah amanah.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Jangan lantas kecewa ketika antum merasa tidak dihargai. Karena percayalah..ketika antum ikhlas menerima ini semua, harga antum akan begitu mahal dihadapan Allah, bukankah itu yang selama ini kita dambakan??<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="FI">Ataupun jangan pernah melemah ketika antum bergabung dalam gerbong dakwah ini. </span><span lang="SV">Karena sekali lagi roda dakwah akan terus bergulir, tidak akan pernah menanti kita yang melemah. Ketika antum mulai melemah..maka bersiaplah untuk tereliminasi dari pentas dakwah ini, karena dakwah ini tidak membutuhkan jiwa-jiwa yang lemah.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Sekarang segera refleksikan diri kita. Kita sebagai pemeran dakwah di FTP ini, sudahkah kita memanfaatkan momentum yang ada dengan baik?? Apakah dengan keberadaan kita dalam barisan dakwah di FTP ini mampu melontarkan syi’ar Islam menuju titik tertingginya ataukah kita malah menjadi benalu di barisan ini, yang terus-menerus melemahkan jaringan di dalam tubuh barisan dakwah ini, hingga mengantarkannya pada titik nol perjalanannya..<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Keputus asaan terhadap amanah, kekecewaan akan kondisi yang ada dan melemahnya antum dalam barisan ini hanya akan menambah beban dakwah ini. Ikhwatifillah, bersegeralah untuk memenuhi panggilan dakwah ini, jangan pernah berhenti untuk bergerak karena dengan terus bergerak setan tidak akan sanggup hinggap. Jangan pernah menunggu hingga esok, karena belum tentu esok ruh ini masih melekat, belum tentu esok datang menyapa dan karena hidup ini tidak pernah mengenal siaran tunda.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Camkanlah dalam diri kita bahwa bukanlah dakwah yang membutuhkan kita, tetapi kitalah yang membutuhkan dakwah ini. Karena akan sangat mudah bagi Allah untuk menggantikan kita dengan kaum lainnya yang jauh lebih baik dan lebih tangguh dari kita untuk meneruskan tampuk perjuangan dakwah ini. Lalu sejauh mana kemampuan kita untuk tetap bertahan di medan dakwah ini??..tidak, bukan kemampuan tetapi kemauan karena pada dasarnya kita semua berpotensi untuk berada di medan dakwah ini. Sebuah medan juang yang tidak membutuhkan pengorbanan ala kadarnya, tetapi pengorbanan terbaik yang mampu kita berikan Tinggal kita, mau atau tidak mau untuk berada di dalamnya. Itu semua merupakan pilihan hidup kita..<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV"><span> </span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="SV">Sebuah coretan ketika di FORKITA<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="SV">Miz u all..<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="SV">Semoga ikatan ukhuwah ini tetap terjaga.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="SV">Smangat2!<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;"><span lang="SV">Miuw_inK<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-84702647898970084252011-04-08T03:14:00.000-07:002011-04-08T03:16:04.327-07:00Makanan Kaleng<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib0YWVfCmgZFfaXFK3jEhPVyyt83u_0SKOQEbRgX7-lA9jmRSnqNfCYb611op5USgN5waAN6ady_HGQxScjuQ8sZUJ_jde9pt3PsKNkNoLMR4eoWAdMVQ_YS3McX4moBLos1rHYSZVsWI/s1600/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib0YWVfCmgZFfaXFK3jEhPVyyt83u_0SKOQEbRgX7-lA9jmRSnqNfCYb611op5USgN5waAN6ady_HGQxScjuQ8sZUJ_jde9pt3PsKNkNoLMR4eoWAdMVQ_YS3McX4moBLos1rHYSZVsWI/s320/1.png" width="298" /></a></div> <br />
Kemasan makanan tidak hanya sekadar bungkus yang berfungsi sebagai pelindung makanan. Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Kita temui ada banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yakni kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi dari sekian banyak itu tidak semua bahan kemasan makanan aman bagi makanan yang dikemasnya. Contoh pengemas yang sering digunakan adalah kaleng. <br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kaleng dipilih orang untuk kemasan makanan karena sifatnya kedap udara, athogen ringan (lebih ringan daripada gelas yang mempunyai kekedapan yang sama), mudah dibentuk, dan tidak mudah pecah. Dengan keunggulan sifat ini, sejak abad XVIII kaleng telah digunakan sebagai pengemas pada produk aseptic.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black;">Kaleng adalah salah satu jenis kemasan makanan yang mulai diperkenalkan pada perang dunia kedua. Kelebihan menonjol dari kemasan ini adalah bisa dilakukannya proses sterilisasi, sehingga makanan yang disimpan di dalamnya menjadi steril, tidak mudah rusak, dan awet. Kerusahan utama yang terjadi pada bahan makanan adalah kerusakan yang disebabkan oleh mikroba. Jasad renik itulah yang menyebabkan makanan jadi bau, busuk, dan bahkan menjadi beracun. </span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black;">Ketika makanan dimasak, baik direbus, digoreng, dipanggang atau dikukus, maka mikroba yang menyebabkan busuk itu akan mati. Tetapi beberapa saat setelah pemasakan itu mikroba yang lain akan segera athog dan menikmati makanan tersebut. Mikroba adalah makhluk yang sangat kecil, sehingga tidak bisa terlihat oleh mata kecuali menggunakan mikroskop. Mikroba ada di mana-mana, baik di tanah, di udara, bahkan pada tubuh kita sendiri. Seperti halnya hewan, tumbuhan dan manusia, mereka adalah makhluk hidup yang juga membutuhkan makanan dan menghasilkan metabolit. Ketika menempel pada sebuah makanan, ia akan memakannya dan menghasilkan buangan atau metabolit. Buangan itulah yang berupa bau, busuk, dan racun.</span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="color: black;">Dalam kemasan kaleng, makanan dapat dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi dan tekanan yang tinggi pula. Dengan demikian semua mikroba yang hidup bersama makanan tersebut akan mati. Karena kaleng juga ditutup dengan sangat rapat, maka mikroba baru tidak akan bisa masuk kembali ke dalamnya. Oleh karena itu makanan kaleng dapat disimpan hingga dua tahun dalam keadaan baik, tidak busuk, dan tidak beracun. Tetapi ketahanan bahan makanan yang berada di dalamnya juga dipengaruhi oleh kualitas kaleng dan pengolahan sebelum dan saat pengalengan. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NO-BOK">Sejumlah industri makanan dan minuman dalam kaleng telah berdiri di Indonesia. Beberapa produk hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan diawetkan dengan teknik ini.<span style="color: black;"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NO-BOK" style="color: black;">Semua jenis makanan bisa dikemas di dalam kaleng. Mulai dari daging, ikan, sayuran, buah-buahan dan makanan olahan seperti sosis, bumbu nasi goreng hingga sayur lodeh. Kini kita bisa menyaksikan berbagai jenis makanan yang dikemas di dalam kaleng ada di pasar, toko dan super market. Mereknyapun bermacam-macam, baik produksi dalam negeri maupun impor. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="PT-BR">Pada dasarnya makanan kaleng dibedakan atas tiga kelompok berdasarkan keasaman, yaitu:<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="PT-BR">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="PT-BR">Makanan kaleng berasam rendah </span><span lang="PT-BR">(pH>4,6), misalnya produk-produ daging dan ikan, beberapa sayuran (jagung, buncis), dan masakan yang terdiri dari campuran daging dan sayuran (lodeh, gudeg, opor, dan lain-lain).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Makanan kaleng asam (pH 3,7-4,6), misalnya produk-produk tomat, pear, dan produk-produk lain.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Makanan kaleng berasam tinggi (pH<3,7), misalnya buah-buahan dan sayuran kaleng seperti jeruk, pikel, sauerkraut, dan lain-lain.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"> <span lang="NO-BOK">Contoh makanan kaleng yang sering dijumpai di pasaran adalah:<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NO-BOK"> </span><span lang="DE">1. kacang merah yang dicampur dengan saus.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="DE"> </span><span lang="NO-BOK">2. Sosis sapi,<i> nugget</i>, ham, <i>corned beef</i><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NO-BOK"> 3. Sayuran kaleng: jamur, rebung, dan sebagainya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NO-BOK"> 4. Ikan sarden kalengan, <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NO-BOK">Secara umum proses pengalengan ikan dalam skala industri umumnya dilakukan melalui beberapa tahap. Tahapan itu, meliputi pemilihan bahan baku, penyiangan, pencucian, penggaraman, pengisian bahan baku, pemasakan awal (precooking), penirisan, pengisian medium pengalengan, penghampaan udara, penutupan kaleng, pemasakan (retorting), pendinginan, dan pemberian label.<br />
Pada prinsipnya hampir semua produk asal laut dapat dikalengkan, seperti teripang, cumi-cumi, kerang, kepiting, ubur-ubur, udang, berbagai jenis ikan, dan sebagainya. Hanya saja, pada umumnya ikanlah yang paling banyak dikalengkan. Beberapa jenis ikan yang biasa dikalengkan adalah cakalang, tuna, lemuru, sardin, salmon, kembung, banyar, kenyar, bengkunis, corengan, tembang, layang, bentong, dan juhi.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="NO-BOK"> Keuntungan utama penggunaan kaleng sebagai wadah bahan pangan adalah: <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Kaleng dapat menjaga bahan pangan yang ada di dalamnya. Makanan yang ada di dalam wadah yang tertutup secara hermetis dapat dijaga terhadap kontaminasi oleh mikroba, serangga, atau bahan asing lain yang mungkin dapat menyebabkan kebusukan atau penyimpangan penampakan dan cita rasanya. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap perubahan kadar air yang tidak diinginkan. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Kaleng dapat menjaga bahan pangan terhadap penyerapan oksigen, gas-gas lain, bau-bauan, dan partikel-partikel radioaktif yang terdapat di atmosfer. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Untuk bahan pangan berwarna yang peka terhadap reaksi fotokimia, kaleng dapat menjaga terhadap cahaya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify;"><span lang="NO-BOK">Kelemahan penggunaan kemasan kaleng terhadap komoditas adalah:<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Pengolahan pada suhu tinggi menyebabkan produk pengalengan aseptik umumnya kehilangan cita rasa segarnya. Produk cenderung memberi rasa matang. Perubahan cita rasa tampak jelas pada produk dengan bahan dasar buah dan sayur. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Pemanasan suhu tinggi juga menurunkan nilai gizi produk. Khususnya komponen yang mudah rusak oleh panas. Misalnya, vitamin dan lemak tak jenuh. Fortifikasi (penambahan) vitamin dapat dilakukan untuk mengganti kehilangan selama proses. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Produk kaleng juga umumnya kehilangan sifat segar. Lihat saja teksturnya. Umumnya lebih lunak dari bahan segarnya. Pada beberapa produk buah dan sayur bisa diatasi dengan penambahan bahan-bahan yang bisa memperbaiki tekstur. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Timbulnya rasa ”taint” kaleng (rasa seperti besi) yang terkadang cukup mengganggu. Rasa ini timbul terutama bila coating kaleng tidak sempurna. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NO-BOK">Dengan pengolahan yang athoge, makanan kaleng memiliki daya simpan (shelf life) yang lama, sekalipun tidak menggunakan bahan pengawet. </span>Tetapi, seperti sifat makanan pada umumnya, makanan kaleng tetap mengalami penurunan mutu seiring dengan lamanya penyimpanan. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">Kerusakan dapat terjadi karena kurang sempurnanya pengolahan. Misalnya, selama proses sterilisasi, terjadi kebocoran kecil pada sambungan kaleng yang menggelembung, tetapi kemudian tertutup kembali setelah pendinginan. Bila dalam proses pendinginannya digunakan air kurang bersih, dapat dipastikan mikroba pembusuk akan hadir dalam kaleng melalui lobang kecil tersebut. Pada gilirannya, bila kondisi penyimpanan mendukung maka bakteri tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dan kelak memproduksi racun.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengalengan didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak secara hermetis (kedap terhadap udara, air, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah, yang kemudian disterilkan secara komersial untuk membunuh semua mikroba athogen (penyebab penyakit) dan pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan makanan dapat terhindar dan kebusukan, perubahan kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan cita rasa.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Namun, karena dalam pengalengan makanan digunakan sterilisasi komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih terdapat spora atau mikroba lain (terutama yang bersifat tahan terhadap panas) yang dapat merusak isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus disimpan pada kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dalam industri pengalengan makanan, yang diterapkan adalah sterilisasi komersial (commercial sterility). Artinya, walaupun produk tersebut tidak 100 persen steril, tetap cukup bebas dari bakteri pembusuk dan athogen (penyebab penyakit), sehingga tahan untuk disimpan selama satu tahun atau lebih dalam keadaan yang masih layak untuk dikonsumsi.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Biasanya produk makanan yang dikemas dalam kaleng akan kehilangan cita rasa segarnya dan mengalami penurunan nilai gizi akibat pengolahan dengan suhu tinggi. Satu hal lagi yang juga cukup mengganggu adalah timbulnya rasa taint kaleng atau rasa seperti besi yang timbul akibat coating kaleng tidak sempurna. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Bahaya utama pada makanan kaleng adalah tumbuhnya bakteri <i>Clostridium botulinum</i> yang dapat menyebabkan keracunan botulinin bagi pengonsusmi makanan kaleng tersebut. Bakteri yang berbahaya ini umumnya menyukai tempat-tempat yang tidak ada udara (athogen) dan mampu melindungi diri dari suhu yang agak tinggi (termofilik) dengan jalan membentuk spora. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernapas. Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna pengolahannya atau pada kaleng yang bocor sehingga makanan di dalamnya terkontaminasi udara dari luar. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Sejumlah kecil racun ini, katakanlah 2 mg saja, telah cukup mengakibatkan kematian orang dewasa. Setelah diserap usus kecil, racun ini mampu melumpuhkan otot-otot alat tubuh yang vital seperti jantung, paru-paru, dan alat tubuh yang lain. Untungnya, racun ini tidak tahan panas sehingga dengan pemanasan selama 6 menit (tipe A) pada suhu 80 derajat Celcius dan 15 menit (tipe B) pada suhu 90 derajat Celcius, racun tersebut sudah tidak aktif lagi.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 18pt;">Beberapa mikroorganisme penyebab kerusakan pada makanan kaleng adalah :</div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Dalam makanan kaleng berasam rendah (pH>4,6), yaitu; <i>Bacillus stearothermophillus</i> yang dapat menyebabkan flat sour atau busuk asam, <i>Clostridium thermosacharolyticum</i> yang merupakan bakteri anaerob thermofil, <i>C. botulinnum proteolitik</i>, <i>C. sporogenes</i>, <i>C. putrefaciens</i> dan beberapa mikroba pembentuk spora lainnya.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Dalam makanan kaleng asam (pH 3,7-4,6), yaitu; <i>Leuconostoc mesentroides</i>, <i>Byssochlamys fulva</i>, <i>Lactobacillus dextranicum</i> dan <i>Lactobacillus Plantarum</i> yang dapat merusak buah dalam makanan kaleng.</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;">Dalam makanan kaleng berasam tinggi (pH<3,7), yaitu; <i>Bacillus thermoacidurans</i> (<i>B. coagullans</i>) yang merupakan bakteri termofil penyebab flat sour pada sari buah tomat, <i>C. butyricum</i> dan <i>C. pasteuranium</i> yang merupakan bakteri messofil dan beberapa bakteri tidak berspora yang sebagian besar merupakan bakteri asam laktat. </li>
</ul><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kecermatan dalam memilih kaleng kemasan merupakan suatu upaya untuk menghindari bahaya-bahaya yang tidak diinginkan tersebut. Boleh-boleh saja memilih kaleng yang sedikit penyok, asalkan tidak terdapat kebocoran. Selain itu segera pindahkan sisa makanan kaleng ke tepat lain agar kerusakan kaleng yang terjadi kemudian tidak akan mempengaruhi kualitas makanannya.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Penurunan mutu makanan kaleng bergantung pada sifat bahan, suhu sterilisasi dan kondisi udara dalam head space-nya. Semakin lama disimpan, semakin rendah daya simpannya (shelf life loss). </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kemunduran daya simpan ini disebut kadaluwarsa. Bila menggunakan bahan <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">baku</st1:city></st1:place> yang baik, proses pemanasan sempurna dan bahan pengemas yang tidak berbahaya, maka daya simpan makanan kaleng dapat mencapai tiga tahun. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Penyimpanan pada tempat yang lembab dan basah dapat melahirkan proses pengkaratan yang tidak diinginkan. Kerusakan yang lain dapat terjadi karena kurang sempurnanya pengolahan. Misalnya, selama proses sterilisasi, terjadi kebocoran kecil pada sambungan kaleng yang menggelembung, tetapi kemudian tertutup kembali setelah pendinginan. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Bila dalam proses pendinginannya digunakan air kurang bersih, dapat dipastikan mikroba pembusuk akan hadir dalam kaleng melalui lobang kecil tersebut. Pada gilirannya, bila kondisi penyimpanan mendukung maka bakteri tersebut akan tumbuh dan berkembang biak dan kelak memproduksi racun.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Selain kerusakan fisik kaleng, ada hal lain yang perlu kita ketahui sebagai langkah awal dalam membeli produk makanan kaleng di antaranya kerusakan secara biologis dan kimiawi. Kerusakan biologis meliputi kebocoran kaleng yang dapat mengakibatkan pembusukan isi kaleng dan mikroorganisme athogen dapat masuk serta berkembang biak di dalamnya. Kemudian mikroorganisme yang ditahan dalam proses pemanasan dapat merusak hidrat arang dan akhirnya dapat menjadi asam (yang menyebabkan tidak adanya gas sehingga bakteri bersifat anaerob akan membentuk spora).</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Adapun kerusakan secara kimiawi mencakup pengaratan bahan pelapis kaleng (timplate) biasanya dari tembaga, timah, besi terutama pada bahan makanan yang bersifat asam karena pelepasan athogen. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kerusakan produk kaleng ada yang bisa dilihat secara kasat mata dari kondisi kalengnya (seperti pengembungan kaleng atau kecembungan pada sisi tertentu). Tetapi ada juga yang tidak terdeteksi dari luar. Ciri-ciri kerusakan yang dapat dilihat secara langsung dari kondisi kalengnya adalah sebagai berikut:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Kembung</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Kondisi kaleng yang kembung bisa terjadi karena reaksi antara produk asam yang dikemas dengan kondisi kaleng yang cacat. Makanan yang tergolong berkadar asam tinggi, misalnya jus buah-buahan. Sementara yang kadar asamnya rendah antara lain jamur, asparagus, bit, kentang, dan kacang-kacangan. Selain itu, kembung bisa pula karena jenis kaleng yang digunakan tak sesuai dengan produk yang dikemas. Jika dibuka, produk tampak normal, tapi warnanya terkadang berubah pucat. Pada kondisi lain, kembung bisa juga disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang menghasilkan CO2 dan H2. Akibat pembentukan gas ini, tekanan dalam kaleng menjadi tinggi sehingga </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt;">kaleng menggembung yang lama-lama bisa pecah.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Penyok</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Kondisi ini bisa terjadi karena benturan, jatuh, atau tertindih. Kaleng yang penyok sedikit (tak sampai membentuk sudut) biasanya tidak mengalami kerusakan isi. Namun, jika membentuk sudut, dikhawatirkan lapisan timahnya rusak sehingga kaleng bereaksi dengan produk, terutama yang berasam tinggi.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Karat</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Ini terjadi karena adanya reaksi antara kaleng dengan senyawa lain yang bersifat korosif. Pada kasus yang ringan, perkaratan terjadi pada tutup kaleng, sambungan kaleng, atau bagian luar saja. Pada kasus berat dapat terjadi pada seluruh bagian luar kaleng. Karat yang belum merusak bagian dalam sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, bila sudah timbul lubang, meski kecil dan sulit dideteksi, ada kemungkinan mikroba sudah menyelusup ke dalamnya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Namun demikian, kaleng yang normal pun belum tentu bermutu baik. Selain kondisi kemasan yang kerusakannya dapat diamati secara langsung, kerusakan bisa saja baru diketahui ketika kemasan kaleng tersebut dibuka. Beberapa kerusakan dalam makanan kaleng yang tidak dapat diamati secara langsung antara lain:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Stack berning</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Ini terjadi karena proses pendinginan yang tidak sempurna atau dilakukan penyimpanan dalam keadaan masih panas. Akibatnya, makanan menjadi lunak, kadang-kadang berair, berwarna gelap, dan cita rasanya tak enak. Kaleng bagian dalam tampak tidak cerah. Produk ini tidak layak dimakan, </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt;">meski belum tentu berbahaya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Flat sour</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Ditandai dengan bau asam yang disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak mati selama proses sterilisasi. Berkembangnya spora bakteri itu bisa juga disebabkan oleh proses pengolahan atau pengalengan yang tidak sempurna, dan sanitasi yang buruk. Keadaan ini seringkali menyebabkan kebusukan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 0cm; text-align: justify; text-indent: 0cm;">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span>Perubahan warna</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;">Secara kimia, perubahan warna bisa disebabkan oleh pecahnya senyawa protein (pada makanan dengan kandungan protein tinggi, seperti kornet) dalam proses sterilisasi, kemudian bereaksi dengan logam kaleng dan membentuk senyawa besi athoge. Bisa juga karena aktivitas Clostridium nigrificans, bakteri anaerob pembentuk spora yang bersifat proteolitik. Bakteri ini memproduksi H2S sehingga makanan menjadi busuk dan berwarna hitam.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Umumnya produk kalengan mempunyai daya simpan antara 2 sampai 3 tahun. Tergantung pada jenis produk dan tingkat pengolahan. Produk biasanya tidak menuntut kondisi penyimpanan tertentu, dapat disimpan pada suhu kamar dan di mana saja. Namun penyimpanan pada suhu rendah dan tempat yang kering akan memperpanjang masa simpan. Makanan kaleng sebaiknya tetap disimpan dalam ruang bersuhu rendah (di bawah 10 derajat Celcius) untuk mencegah kerusakan dan pembusukan. Simpanlah produk pada kelembaban rendah untuk mencegah karat pada bagian luar kaleng dan tumbuhnya jamur. Jauhkan produk dari terpaan cahaya matahari langsung. Suhu yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kerusakan cita rasa, warna, tekstur, dan vitamin yang dikandung oleh bahan akibat terjadinya reaksi-reaksi kimia.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Kerusakan produk yang lain dapat disebabkan oleh kurang sempurnanya pengolahan. Kurangnya suhu dan waktu pemanasan dapat memberi peluang bagi tumbuhnya mikroba yang mungkin berbahaya bagi manusia. Misalnya, <i>Clostridium botulinum</i>. Bakteri ini paling tahan panas dan dapat hidup pada kondisi athogen (tanpa oksigen). Botulinin, sang racun dilaporkan sangat mematikan. Tanda-tanda keracunan botulinin antara lain tenggorokan menjadi kaku, mata berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang membawa kematian karena sukar bernafas. Untungnya racun botulinin peka terhadap pemanasan. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Biasanya bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik pada produk pH rendah seperti pada buah , sari buah, buah, dan sayuran. Tetapi Pemanasan produk ber-pH tinggi seperti pada produk daging ikan, pemanasan ringan sebelum dikonsumsi membantu pencegahan keracunan botulinin. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Salah satu upaya pencegahan yang paling murah adalah dengan sanitasi pangan. Sanitasi pangan termasuk produk yang disimpan, ditangani, dipersiapkan, atau diproduksi, serta athoge karyawan yang menangani pangan tersebut. Hal ini juga dapat diterapkan dalam lingkungan keluarga.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Untuk mencegah pencemaran silang, bahan pangan mentah sebaiknya tidak diletakkan berdampingan dengan makanan matang. Makanan matang harus didiletakkan di rak paling atas.Jangan membiarkan tetesan air atau makanan menjatuhi makanan di bawahnya. Ceceran makanan pada rak maupun dinding lemari es bisa merupakan sumber pencemaran. Karena itu,lemari es harus dibersihkan beberapa hari sekali..Semakin lama tidak dibersihkan,semakin tinggi kadar pencemarannya. Tandanya,banyak makanan yang justru cepat membusuk bila disimpan di dalam lemari es.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pada produk kaleng athoge, semua mikroba athogen (penyebab penyakit) dan perusak (penyebab pembusukan) dihilangkan. Produk selanjutnya ditutup dengan teknolgi khusus yakni penutupan sempurna hingga tidak dapat dilalui oleh udara, gas, dan uap air. <span lang="PT-BR">Pada kondisi tertutup rapat seperti ini mikroba tak dapat masuk ke dalam produk. Kondisi kedap juga membuat perusakan oleh oksidasi dan sinar dapat dihindari. Ingatlah sinar dan oksidasi bisa mempercepat kerusakan produk. Itulah sebabnya walau tanpa penambahan pengawet, tidak disimpan di tempat dingin, atau perlakuan khusus lainnya, produk dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa mengalami kerusakan (awet)<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="PT-BR">Prof Dr Ir Made Astawan MS, ahli teknologi pangan dan gizi Fakultas Teknologi dan Rekayasa Pertanian Institut Pertanian Bogor berpendapat, masyarakat harus jeli memilih kemasan makanan kaleng. </span><span lang="NO-BOK">Apalagi beberapa produk makanan kaleng yang tidak ada label registrasi Depkes RI. Ini mengkhawatirkan, karena makanan itu bisa jadi sudah kadaluarsa, mengandung bahan beracun, dan zat tertentu yang bermasalah. Beberapa bahan makanan yang belum teregistrasi itu mengandung bahan makanan yang tidak halal.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NO-BOK">Kiat sehat mengkonsumsi makanan kaleng, paling tidak harus mempertimbangkan lima hal berikut:<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Jangan mengkonsumsi makanan kaleng yang dicurigai sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan, seperti kaleng kembung, berkarat, penyok, dan bocor. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Makanan dalam kaleng sebaiknya dipanaskan sampai mendidih selama 10 menit sampai 15 menit sebelum dikonsumsi. Ketika dikalengkan, makanan itu memang sudah dimasak. Namun pengolahan ulang sangat perlu untuk mengantisipasi adanya mikrobakteri yang mungkin telah berkembang di dalam makanan. Dengan cara memasak terlebih dulu secara maksimal, mikrobakteri yang ada bisa mati. Meski beberapa makanan kaleng terdapat bahan pengawet tertentu, namun tidak menutup kemungkinan mikroba patogen bisa tumbuh.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Bacalah label secara seksama dan perhatikanlah tanggal kadaluwarsa. Demi keamanan, pilihlah produk yang belum melampaui tanggal kadaluwarsa. Bahan pengawet yang biasa dipakai produsen makanan kaleng adalah garam. Idealnya makanan yang telah dipanaskan dalam suhu tinggi dan dimasukkan ke dalam kaleng akan bertahan selama satu tahun. Lamanya masa kedaluarsa terjadi karena kemasan kaleng itu kedap udara, sementara kandungan garam pada makanan kaleng itu tinggi. Garam, selain untuk bumbu makanan, juga mampu mencegah tumbuh dan berkembangnya mikroba patogen penyebab makanan busuk. Maka tidak heran beberapa makanan kaleng tertentu seperti kornet, terasa sangat asin.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="NO-BOK">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="NO-BOK">Makanan kaleng yang sudah dibuka harus digunakan secepatnya karena keawetannya sudah tak sama dengan produk awalnya. Bila dicurigai adanya kebusukan, makanan kaleng tersebut harus dibuang. Makanan kaleng harus dikonsumsi untuk sekali makanan karena makanan kaleng sangat mungkin mengalami kerusakan walau disimpan di dalam kulkas. Padahal makanan yang rusak bisa berakibat fatal. Ini karena pada makanan yang rusak bisa bersemayam Clostridium botulinum<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size-adjust: none; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span><span lang="NO-BOK">Hindari pula mengonsumsi makanan kaleng yang kemasannya sering terkena sinar matahari langsung. </span>Ini dapat menimbulkan kerusakan gizi yang cukup signifikan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">Tugas Mikpang</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right;">Miuw_inK</div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-83412017430790126282011-04-07T05:35:00.000-07:002011-04-07T05:35:47.724-07:00Seberapa Pentingkah??<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4nmosMq3EfGRi26kAX1yZensLsg9xz8Q-O1zSlvOEGdWuqR-Uge7SJfueg2favhSPMfyyH84dV-3oLtnVfcPEj5H1FoiIAiXTVBDpr0mz9XbP451SuDPBOffL-ioNpCwbvASxCxUgTg/s1600/11.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgI4nmosMq3EfGRi26kAX1yZensLsg9xz8Q-O1zSlvOEGdWuqR-Uge7SJfueg2favhSPMfyyH84dV-3oLtnVfcPEj5H1FoiIAiXTVBDpr0mz9XbP451SuDPBOffL-ioNpCwbvASxCxUgTg/s320/11.jpg" width="320" /></a></div>seringkali angkuh seseorang menganggap dirinya lebih penting dibandingkan yg lain, menganggap waktunya lebih berharga dr yg lain..<br />
tidakkah qt sama2 menyadari bahwa setiap qt adalah penting, setiap waktu qt adalah berharga..<br />
tidakkah qt sama2 telah memahami bahwa nilai lebih terjadi ketika ada pembanding dari yg lain..<br />
dengan demikian pribadi yang lain adalah sama pentingnya dg diri qt, waktu yg dimiliki org lain sama berharganya dg waktu qt..krn tanpa yg lain, qt tdk akn bernilai lebih..<br />
proton tidak akan disebut bermuatan positif ketika tidak ada elektron yg bermuatan negatif..<br />
langit tidak akan dijunjung ketika tidak ada bumi yg dipijak..<br />
memahami setiap jengkal usaha qt sebagai titik-titik ordinat yang kelak akan membentuk garis linier, menuju perbaikan akan membuat hidup qt bermakna dibandingkan hanya menilai seberapa pentingkah diri qt & seberapa berhargakah waktu qt dibandingkan yg lain..<br />
krn stiap qt adalah penting, stidaknya bg diri itu sendiri..<br />
krn stiap waktu qt adalah berharga, bahkan di tiap detiknya, stidaknya untuk membentuk hitungan 1 menit..<br />
meletakkan segala sesuatu pada tempatnya akn membuat segala sesuatunya tampil dg indah..<br />
seperti sepatu yang akan tampak indah ketika diletakkan di kaki, seindah apapun sepatu, akan tampak buruk ketika diletakkan di kepala..<br />
<br />
<div style="text-align: right;">Smangat2!!</div><div style="text-align: right;">Miuw_inK </div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-76320053794530246182011-04-07T05:23:00.000-07:002011-04-07T05:23:13.342-07:00Sekilas tentang Kakao<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipAbhSck0AuBBykCapAJQ_k7FSAx2WJ5A_vhu6M7z5wLyzrTOpKcE2OcdnIx1X_QnMsw3sVNZANxOb6KP1aIoWYqM-HKOYHEyxcTB1peMle-FKVRyifok8Q1xT8JJQqxulP_-g7SqvROA/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEipAbhSck0AuBBykCapAJQ_k7FSAx2WJ5A_vhu6M7z5wLyzrTOpKcE2OcdnIx1X_QnMsw3sVNZANxOb6KP1aIoWYqM-HKOYHEyxcTB1peMle-FKVRyifok8Q1xT8JJQqxulP_-g7SqvROA/s1600/1.jpg" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><strong><span lang="EN-GB">Tinjauan Umum tentang Kakao (<i>Theobroma cacao </i>L.) </span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Kata cokelat berasal dari <em>xocoatl </em>(bahasa suku Aztec) yang berarti minuman pahit (Anonymous<sup>a</sup>, 2006). Sedangkan Bapak nomenklatur botani, Carolus Linnaeus telah memberi nama genus dari tanaman kakao <em>Theobroma cacao</em>, yaitu <em>Theobroma </em>yang berarti makanan dari dewa (Anonymous<sup>b</sup>, 2006).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Cokelat dihasilkan dari pohon kakao (<em>Theobroma cacao</em>) yang diperkirakan mula-mula tumbuh di daerah amazon utara sampai ke Amerika Tengah . Kakao sangat penting dalam kebudayaan Mesoamerika masa itu, yaitu suku Maya, Toltec, dan Aztec. Diperkirakan kebiasaan minum coklat suku Maya dimulai sekitar tahun 450 SM – 500 SM (Anonymous<sup>c</sup>, 2006).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Kakao diperkenalkan ke Eropa, tepatnya di Spanyol , pertama kali oleh Christopher Columbus sekitar tahun 1502 sepulangnya ia dari pelayaran terakhirnya di kepulauan Karibia. Dikarenakan manfaat dan flavornya yang khas, cokelat menyebar dengan cepat di Eropa (Anonymous<sup>d</sup>, 2006). Sepanjang abad ke 17 , coklat menyebar di antara kaum elite Eropa, kemudian lewat proses yang demokratis harganya menjadi cukup murah, dan pada akhir abad itu menjadi minuman yang dinikmati oleh kelas pedagang (Anonymous<sup> c</sup>, 2006).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Semua coklat Eropa dikonsumsi sebagai minuman dan baru pada tahun 1847 ada coklat padat (Anonymous<sup>c</sup>, 2006). Dalam perkembangannya coklat tidak hanya menjadi minuman tetapi juga menjadi snack yang disukai anak-anak, remaja, maupun orang dewasa (Anonymous<sup>a</sup>, 2006).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Tanaman kakao dapat tumbuh subur dan berbuah di daerah tropis. Terletak antara 20°LU – 20°LS dengan ketinggian 1-600 m dari permukaan laut, tetapi kadang-kadang juga masih bisa tumbuh pada ketinggian 900 m dari permukaan laut. Tanaman kakao tidak tahan terhadap kekeringan yang panjang, curah hujan yang dibutuhkan adalah 1600 – 3000 mm per tahun. Suhu harian yang baik untuk pertumbuhan adalah 24-28°C dengan kelembaban 80% (Sunanto, 1992).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Tanaman ini berbunga sepanjang tahun. Jumlah bunga kakao mencapai 500–12000 bunga/pohon/tahun, tetapi jumlah buah batang yang dihasilkan hanya sekitar 1%. Penyeburkan bunga kakao dibantu oleh serangga <em>Farcipomiya spp</em> (Sunanto, 1992).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Klasifikasi tanaman kakao adalah sebagai berikut (Anonymous<sup>c</sup>, 2006):<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Kingdom : Plantae (<em>Plants</em>)</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Subkingdom : Tracheobionta (<em>Vascular plants</em>)</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Superdivison : Spermatophyta (<em>Seed plants</em>)</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Division : Magnoliophyta (<em>Dicotyledon</em>)</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Class : Magnoliopsida (<em>Dycotyledons</em>)</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Subclass : Dilleniidae</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Order : Malvales</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Family : Sterculiaceae</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Genus : Theobroma L.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Species : <em>Theobroma cacao L</em>.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Umumnya tanaman kakao dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu :</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">· </span><strong><span lang="EN-GB">Jenis Criollo</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Nama lain untuk jenis Criollo adalah cokelat Mulia atau <em>Fine Flavor</em> atau <em>Choiced Cocoa</em> atau <em>Edel Cocoa</em>. Buahnya bewarna merah atau hijau, kulit buahnya tipis berbintik-bintik kasar dan lunak. Biji buahnnya berbentuk bulat telur dan berukuran besar denagn kotiledon bewarna putih pada waktu basah (Sunanto, 1992).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Bagi produsen coklat , warna kotiledon atau <em>nib </em>adalah pembeda utama antara jenis Criollo dan Forestero. Criollo mempunyai <em>nib </em>bewarna putih dan jenis ini adalah satu-satunya jenis yang diolah pada awalnya. Coklat yang dibuat dari Criollo mempunyai warna sangat coklat mengkilap seperti susu coklat dan mempunyai flavor khas coklat yang sedap. Dengan mencium flavornya saja dapat ditentukan jenis coklatnya. Karena mutunya yang sangat baik. Criollo dikenal sebagai kakao kualitas superior. Namun kakao jenis ini mempunyai kelemahan yaitu pertumbuhannya yang kurang cepat disbanding Forastero dan sifatnya yang rentan terhadap penyakit tanaman (Hancock, 1997).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on"><span lang="EN-GB">Ada</span></st1:city></st1:place><span lang="EN-GB"> dua jenis tanaman kakao selain Criollo dengan nib bewarna mengkilat. </span><span lang="ES">Yaitu jenis catongo dari Brazil dan jenis klon Djati Renggo (DR) atau dikenal dengan nama Java Criollo. Kedua jenis yang mirip Criollo tersebut adalah mutan dimana Catongo berasal dari Forastero dan klon Djati Renggo berasal dari Trinitario (Hancock, 1997).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Symbol;">· </span><strong><span lang="ES">Jenis Forastero</span></strong><span lang="ES"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="ES">Jenis ini menghasilkan biji coklat yang mutunya sedang atau <em>Bulk cocoa</em> atau dikenal sebagai <em>Ordinary cocoa</em>. Buahnya bewarna hijau dan kulitnya tebal. Biji buahnya tipis atau gepeng dan kotiledonnya bewarna ungu pada waktu basah (Sunanto, 1992). Kako jenis Forastero mengambil sekitar 95% dari hasil panen dunia (Hancock, 1997).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -36pt;"><span style="font-family: Symbol;">· </span><strong><span lang="ES">Jenis Trinitario</span></strong><span lang="ES"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="ES">Trinitario menghasilkan biji yang termasuk <em>Fine Flavour</em> dan ada juga yang <em>Bulk Cocoa</em>. Buahnya bewarna hijau atau merah dan bentuknya bermacam-macam (Sunanto, 1992). Awal mulanya jenis Trinitario dinyatakan sebagai hasil hibridisasi antara Forastero dan Criollo. </span><span lang="EN-GB">Bagaimanapun, fakta menunjukkan bahwa jenis Trinitario relativ mendekati Criollo (Hancock, 1997).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Perbedaan fisik antara kakao mulia dan kakao landak dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Tabel 1) :</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NO-BOK">Tabel 1. Perbedaan Fisik antara Kakao <em>Edel </em>dan Kakao <em>Bulk</em><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Kakao mulia/ <em>Edel</em></span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Kakao Landak/ <em>Bulk</em></span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">bentuk buah bulat telur sampai lonjong</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Bentuk buah umumnya bulat sampai bulat telur</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Warna buah merah muda</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Warna buah hijau muda</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Biji besar dan bulat </span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Biji gepeng dan kecil</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="DE">Berat biji kering lebih dari 1,2 gram<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">berat biji kering rata-rata 1 gram</span><span lang="PL"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Warna kotiledon dominan putih</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="EN-GB">Warna kotiledon dominant ungu</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NL">Kandungan lemak biji kurang dari 56%</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NL">kandungan lemak biji mendekati atau lebih dari 56%</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NL">Ukuran dan berat biji homogen</span><span lang="NO-BOK"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NL">Ukuran dan berat biji heterogen</span><span lang="NO-BOK"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 167.4pt;" valign="top" width="223"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NL">Aroma dan rasa lebih baik</span><span lang="PL"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 180pt;" valign="top" width="240"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NL">Aroma dan rasa kurang</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Struktur buah kakao secar garis besar terdiri dari empat bagian yaitu kulit, plasenta, <em>pulp</em>, dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40 biji yang masing-masing diselimuti oleh<em> pulp</em>, sedangkan biji kakao terdiri dari dua bagian yaitu kulit biji dan keping biji. Keping biji meliputi 86% sampai 90% dari berat kering biji sedangkan kulit biji sekitar 10-14% (Syarief, 1988).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Komposisi kimia <em>pulp</em>, keping biji (<em>nib</em>), dan kulit <em>nib</em> dapat dilihat pada tabel berikut ini (Tabel 2 & 3) :<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 63pt;"><span lang="FI">Tabel 2. Komposisi Kimia <em>Pulp</em> Kakao</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><span lang="SV">Komponen</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><span lang="SV">Kandungan (%)</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Air</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">80 – 90</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Albuminoid</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">0.5 – 0.7</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Glukosa</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">8 – 13</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Sukrosa</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">0.4 – 1.0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Pati</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">sedikit</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Asam</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">0.2 – 0.4</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Besi Oksida</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">0.03</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 131.4pt;" valign="top" width="175"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Garam-garam</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" valign="top" width="180"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="SV">0.4 – 0.45</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Sumber : Nasution (1976).</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NL">Tabel 3. Komposis Kimia Biji dan Kulit Biji Kakao</span><span lang="NO-BOK"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><span lang="FI">Keping biji (%)</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><span lang="FI">Kulit Biji (%)</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Air*</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">3.8</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Lemak</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">54.7</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">3.4</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Abu</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2.7</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">8.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Nitrogen </span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Total N</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Protein</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Theobromin</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Kafein</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
</ul></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2.2</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">1.3</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">1.4</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.07</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2.8</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">1.3</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Karbohidrat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Glukosa</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Pati</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Pektin</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Serat kasar</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Selulosa</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Pentosa</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Gum</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
</ul></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">6.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">4.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">1.9</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">1.2</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">1.8</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">-</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">8.0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">18.6</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">13.7</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">7.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">9.0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Tanin</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Asam tanat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Cacao purple & brown</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
</ul></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2.0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">4.2</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">1.3</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">2,0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 4cm;" valign="top" width="151"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Asam Organik*</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Asam asetat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Asam oksalat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Asam sitrat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
</ul></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 99pt;" valign="top" width="132"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.3</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">-</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 90pt;" valign="top" width="120"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.3</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="FI">0.7</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">*Air dan asam organik mempunyai kadar yang beragam tergantung dari proses pengeringan dan roasting. Sumber Minifie (1999).</span><span lang="NO-BOK"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="FI">Dari tabel 3 terlihat bahwa lemak merupakan komponen terbesar penyusun keping biji kakao. Lemak kakao merupakan jenis lemak yang paling sesuai untuk makanan cokelat, karena memilikikarakterisitk khas yang tidak dimiliki oleh lemak lain. Lemak kakao bewarna kuning pucat , bersifat padat dan rapuh pada suhu di bawah 20°C, mulai melunak pada suhu 30-32°C dan mencair pada suhu sekitar 35°C (Sulistyowati, 1995). Berikut ini asam-asam lemak yang terdapat pada lemak kakao :<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="FI">Tabel 4. </span><span lang="PT-BR">Asam lemak- asam lemak pada lemak kakao</span><span lang="FI"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><strong><span lang="PT-BR">Asam Lemak</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><span lang="PT-BR">Atom Karbon</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><span lang="PT-BR">Ikatan rangakap</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><strong><span lang="PT-BR">%</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Miristat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">14</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">0.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Palmitat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">16</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">25.8</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Palmitoleat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">16 : 1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">0.3</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Stearat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">18</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">34.5</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">oleat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">18 : 1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">35.3</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Linoleat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">18 :2</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">2</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">2.9</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Arakidat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">20</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 101.9pt;" valign="top" width="136"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 50.7pt;" valign="top" width="68"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="PT-BR">1.1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="PT-BR">Sumber : Minifie (1989).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Istilah-istilah</span></strong><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Pada umumnya di masyarakat terdapat kerancuan istilah yang berhubungan dengan buah kakao/ cokelat yaitu antara <em>cacao, cocoa</em>, dan <em>chocolate</em>. Menurut Minifie (1999) istilah yang benar adalah :</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><ul style="margin-top: 0cm;" type="disc"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV">Istilah <em>cacao</em> merupakan istilah untuk bagian yang berhubungan dengan buah dan biji cokelat atau pohonnya, baik berupa biji yang belum maupun yang sudah difermentasi.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV">Istilah <em>cocoa</em> merupakan istilah untuk bentuk produk yang dihasilkan dari biji (yaitu lemak dan bubuk cokelat)</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="SV">Istilah <em>chocolate</em> merupakan istilah untuk hasil olahan cokelat lebih lanjut yang berbentuk padat seperti milk chocolate atau sweet chocolate.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></li>
</ul><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Beberapa istilah penting lainnya berdasarkan SNI 01-3747-1995 antara lain (Anonymous<sup>d</sup>, 1995):</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">· </span><span lang="SV">Biji kakao adalah biji tanaman kakao (Thebroma cacao L.) yang telah difermentasikan, dibersihkan, dan dikeringkan.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">· </span><span lang="SV">Keping biji kakao adalah biji kakao yang telah dihilanglan kulitnya.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">· </span><span lang="SV">Kakao <st1:city _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:place _moz-userdefined="" w:st="on">massa</st1:place></st1:city> adalah produk berbentuk pasta yang diperoleh dari kakao nib(keping biji kakao ) melalaui proses mekanis tanpa menghilangkan kandungan lemaknya.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol;">· </span><span lang="SV">Kakao bubuk didefinisikan sebagai produk kakao berbentuk bubuk yang diperoleh dari kakao <st1:city _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:place _moz-userdefined="" w:st="on">massa</st1:place></st1:city> setelah dihilangkan sebagian lemaknya dengan atau tanpa perlakuan alkalisasi.</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Menurut Codex Alimentarius, lemak kakao adalah lemak yang dihasilkan dari satu atau lebih berikut ini : biji kakao, nib kakao (keping biji kakao), <em>cocoa liquor</em> (kakao massa/ pasta kasar), bungkil kakao yang dipres secara mekanis maupun penambahan pelarut yang diijinkan. Lemak kakao tidak boleh mengandung lemak kulit biji kakao atau lembaga jika dihasilkan dari biji utuh (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Proses Pengolahan</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Penyangraian (Roasting)</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Penyangraian merupakan tahapan utama yang harus dilakukan dalam proses produksi bubuk kakao maupun pasta cokelat. Selama penyangraian terjadi reaksi-reaksi kimia pembentukan aroma khas cokelat melalui reaksi Maillard (Jinap et al, 1998).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Metode roasting ada 3 macam yaitu <em>whole bean roasting</em>, <em>nib roasting</em>, dan <em>liquor roasting</em>. <em>Whole bean roasting</em> adalah dilakukannya penyangraian setelah biji kakao dibersihkan. Sedangkan pada <em>nib roasting</em> penyangraian dilakukan setelah biji kakao di-winnowing dan menjadi nib. Dan liquor roasting adalah metode penyangraian setelah biji di <em>winnowing</em> dan dipastakan (di-grinding) sehingga menjadi liquor. Biasanya temperatur yang digunakan untuk penyangraian antara 110<sup>0</sup>C dan 140<sup>0</sup>C saat kadar air berkurang sebanyak 3%. Proses penyangraian total lamanya antara 45 menit dan 1 jam. Setelah penyangraian, produk biasanya didinginkan pada pendingin eksternal. Perlakuan suhu tinggi selama roasting diiringi dengan semakin berkurangnya kelembaban pada biji kakao mengakibatkan terbunuhnya mikroba kontaminan seperti Salmonella yang mungkin terkontaminasi pada biji kakao selama pengeringan tanah/di tempat terbuka (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Resiko utama adanya kontaminasi pada biji kakao yang tidak ter-<em>treatment</em> yaitu bahaya yang dibawanya akan ditransfer hingga ke pabrik pengolahan. Dan untuk alasan ini, prosedur pra-penyangraian atau prosedur sebelum proses penyangraian seperi pembersihan biji biasanya dilakukan di gedung yang terpisah (Kleinert, 1996):<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">1. Perubahan Fisik<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Perubahan fisik yang terjadi adalah penurunan berat biji kakao (0,2-0,5% dari berat) karena terjadi penurunan kadar air biji dan terjadi perubahan warna biji kakao menjadi lebih gelap.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">2. Perubahan Kimia<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Jika biji mendapat perlakuan panas maka akan terjadi reaksi browning non enzimatis yang meliputi <em>reaksi maillard</em> dan <em>karamelisasi.</em><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Secara tradisional biji kakao disangrai dalam batch kecil dengan jumlah biji kakao beberapa ribu kilogram dalam alat penyangrai berbentuk bola.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Operator mesin dapat memindahkan beberapa biji kakao yang telah diproses di mesin penyangrai atau dituangkan ke baki pendingin. Berdasarkan aroma biji kakao yang diinginkan maka diatur temperatur dan waktu yang diperlukan untuk memastikan bahwa flavor yang terbentuk adalah flavor yang tepat (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Mutu produk kakao hasil sangrai ditentukan oleh mutu biji dan kondisi penyangraiannya (Minifie, 1999). Oleh karena itu, penyangraian merupakan proses yang harus benar-benar diperhatikan untuk menghasilkan produk cokelat yang bermutu baik (Hoskin & Dimick, 1997).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Biji kakao bervariasi ukurannya tergantung pada negara asal tempat tumbuh tanaman kakao, kondisi iklim, musim ketika buah dipetik, dan sejumlah faktor lainnya. Ketika kondisi penyangraian telah diatur untuk menentukan ukuran rata-rata biji kakao ternyata biji kakao yang lebih kecil ukurannya mengalami over-roasted dan akibatnya komponen flavor yang terbentuk adalah komponen flavor tidak diinginkan. Sedangkan biji kakao yang lebih besar ternyata kurang cukup tersangrai pada bagian tengahnya akibatnya tidak semua komponen pemicu flavor telah terkonversi dan akibatnya flavor cokelat akan berkurang (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Untuk mengatasi masalah tersebut, ada dua alternatif yang dapat dikembangkan. Pertama, yaitu hanya bagian tengah biji kakao saja yang disangrai, sehingga potongan biji yang terbentuk lebih kecil dan pemanasan dapat lebih mudah menjangkau bagian tengah biji kakao. </span><span lang="NO-BOK">Metode ini dikenal dengan metode penyangraian nib atau <em>nib roasting</em>. Metode kedua, yaitu dengan mengubah nib kakao menjadi liquor kakao. Pada kakao dalam bentuk liquor lemak coklat telah terbebaskan dari sel-sel dalam biji kakao, sehingga pada kondisi hangat maka bentuknya berubah jadi cair. Cairan ini kemudian dipanaskan dengan proses yang dikenal dengan istilah <em>liquor roasting</em> atau penyangraian liquor. Kedua metode tersebut memerlukan pemisahan kulit atau shell biji kakao sebelum proses penyangraian dilakukan (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Selama proses penyangraian terbentuk 400-500 komponen yang telah diidentifikasi dari bermacam bentuk fraksi volatil dan non-volatil pada cokelat. Komponen tersebut termasuk dalam jenis hidrokarbon, alkohol, aldehid, keton, ester, amina, aksazol, komponen sulfur, and lain-lain (Hoskin & Dimick, 1997).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="NO-BOK">Pengupasan Kulit Biji Kakao</span></strong><span lang="NO-BOK"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Komponen biji kakao yang berguna untuk bahan pangan adalah daging biji (nib), sedangkan kulit biji merupakan limbah yanng saat ini banyak dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak (Mulato, dkk, 2005). Sebab, adanya shell atau kulit yang terikut dalam produk cokelat akan memberikan flavor inferior (Beckett, 1994). Oleh karena itu kulit biji perlu dikupas sehingga terpisah antara kulit dengan daging biji kakao (nib kakao).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><em><span lang="NO-BOK">Winnowing</span></em><span lang="NO-BOK"> adalah proses untuk memisahkan kulit biji dan beberapa lembaga dari biji. Sesuai namanya, winnowing ini mirip dengan prinsip yang dipakai untuk memisahkan jagung dari tongkolnya pada saat panen (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Hal yang sangat diinginkan dalam proses ini <em>winnowing</em> ini adalah menjaga agar nib tetap dalam potongan besar (bukan berupa serpih kecil) sehingga mudah dipisahkan dari kulit atau shell. Adanya sepotong kecil nib yang masih melekat dengan shell akan ikut terbuang. Oleh karena itu, secara ekonomis sangat penting untuk melakukan proses <em>winnowing</em> dengan tepat dan teliti (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Proses <em>winnowing </em>memiliki titik kritis untuk dua alasan. Pertama ialah kemurnian pada produk akhir. Membuat bubuk kakao bebas dari kulit biji sangat sulit, teknik pemisahan tidaklah sempurna dan batas maksimum kandungan kulit biji pada bubuk kakao adalah 1,75%. Beberapa industri mampu menguranginya sampai 1,5%. Yang kedua ialah profitabilitas. Kandungan nib setelah proses ini haruslah 83-84%, dan mengandung 1-1,75% kulit biji dan kadar air setelah penyangraian sekitar 1,5-3% tergantung dari derajat penyangraian. Kehilangan pada proses ini memiliki efek disproporsional pada harga jual kembali biji (Dand, 1993).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Proses <em>winnowing</em> menghasilkan rata-rata nib 78-80%, kulit biiji 10-12% dengan sejumlah kecil lembaga, dan 4% partikel non kakao sebagai pengotor (Belitz and Grosc, 1999).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Metode pemisahan antara daging dan biji dan kulit biji juga dapat dilakukan dengan <em>metode Desheller</em> dan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan mesin. Mesin desheller akan menghasilkan fraksi nib dan fraksi kulit dengan ukuran dan sifat fisik yang berbeda secra bersamaan. Saat membentur silinder pemecah yang berputar, nib akan pecah dengan ukuran yang relatif besar dan seragam karena nib mempunyai sifat elastis. Sebaliknya, kulit biji karena sifatnya rapuh terpecah menjadi partikel-partikel yang halus dan mudah dipisahkan dari butiran nib dengan cara hisapan (pneumatik). Meskipun demikian tidak seluruh butiran nib dapat dipisahkan dari partikel kulit secara sempurna. </span><span lang="SV">Presentase kulit terikut nib sebesar 0,6%, sebaliknya presentase nib terikut kulit sebesar 1%. Ukuran rata-rata butiran nib adalah 10 mesh. Partikel-partikel kulit biji diendapkan dalam silikon agar tidak mengotori lingkungan (Mulato, dkk, 2005).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Pemastaan Kasar</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Untuk dapat digunakan sebagai bahan baku makanan dan minuman, nib yang semula berbentuk butiran padat kasar harus dihancurkan samapai ukuran tertentu (<20m µ) dan menjadi bentuk pasta cair kental. Proses pemastaan atau penghalusan nib kakao umumnya dilakukan dengan cara penghancuran untuk merubah biji kakao padat menjadi pasta dengan kehalusan butiran 40 mµ dengan menggunakan mesin silinder (Mulato, dkk, 2005).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Lebih dari setengah berat nib adalah lemak, efek dari penghalusan (pemastaan), bersama dengan panas yang terbentuk dari proses penghalusan, menyebabkan nib yang padat menjadi cair, dan akan memadat jika temperatur turun dibawah titik lelehnya. Derajat kehalusan ukuran partikel sangat pentiing. Liquor yang digunakan untuk pembuatan lemak kakao dan bubuk, jika terlalu halus akan sulit untuk dipress. Namun, jika terlalu kasar pengepresan tidak akan sempurna dikarenakan sejumlah lemak masih terjebak dalam struktur sel (Dand, 1993).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Alkalisasi</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Umumnya <em>cocoa liquor</em> yang akan digunakan dalam pembuatan bubuk cokelat atau cocoa powder di-<em>alkalisasi </em>terlebih dahulu, tetapi hanya sedikit liquor yang digunakan untuk membuat cokelat diberi perlakuan ini. Adapun proses <em>alkalisasi</em> ini telah dikembangkan di Belanda sejak abad 19 sehingga alkalisasi dikenal juga dengan istilah <em>Dutching Process</em>. Alasan untuk melakukan proses ini adalah untuk meninimalkan terjadinya aglomerasi pada saat cokelat bubuk dilarutkan dengan susu atau air. Kemampuan alkali untuk melakukan hal belum sepenuhnya pasti, tetapi proses alkallisasi jelas mempengaruhi dua aspek dalam cokelat yaitu flavor dan warna (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Menurut Minifie (1999) ada 4 macam cara alkalisasi, yaitu:<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">1. Alkalisasi biji kakao (<em>whole beans</em>)<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Biji kakao di treatment dengan larutan alkali dalam roaster sehingga larutan tersebut akan terserap oleh kulit biji. Namun kerugian proses ini adalah sedikitnya alkali yang terpenetrasi ke dalam nib dan hasilnya pun tak seragam. Biasanya bubuk kakao menjadi berwarna merah cerah.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">2. Alkalisai keping biji (<em>nib</em>)<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Proses ini menggunakan drum-drum untuk merendam keping biji setelah dilakukan penyangraian. Keping biji direndam dalam larutan alkali hangat (700C) samapai sempurna. Setelah perendaman, keping biji yang basah dikeringkan.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">3. Alkalisasi bubur cokelat/ <em>liquor</em><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Perendaman dalam larutan alkali dilakukan terhadap bubur cokelat hasil penggilingan. Alkalisasi ini biasanya dilakukan dalam tangki.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">4. Alkalisasi bungkil cokelat/ <em>cocoa cake</em><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Proses ini digunakan untuk bahan dengan kandungan lemak rendah yaitu terhadap bungkil hasil pengepresan. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Kerugian dari alkalisasi adalah adanya lemak kakao pada nib, yang bisa rusak akibat reaksi penyabunan/<em>interesterifikasi </em>(Meursing, 1997). Karena molekul cocoa butter tersusun atas tiga asam yang menempel pada rangka dasar berupa gliserol. Asam ini dapat bereaksi dengan alkali menghasilkan flavor tersabun atau <em>soapy flavor</em>. Untuk mengatasinya, maka sejumlah kecil asam etanoat atau asam tartarat dapat ditambahkan setelah proses alkalisasi yang bertujuan untuk menurunkan pH (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Alasan lain dilakukannya alkalisasi adalah untuk memicu perubahan warna pada kakao akibat adanya reaksi dari senyawa tannin (polihidroksifenol). Dimana senyawa tannin tersebut tersusun atas molekul epikatekin yang selama tahap fermentasi, pengeringan, dan penyangraian saling bersatu, kemudian teroksidasi atau bereaksi dengan komponen kimia lain dalam kakao. Reaksi alkalisasi ini akan meningkatkan jumlah molekul warna dan membuat kakao menjadi lebih gelap. Proses alkalisasi juga memerlukan kehati-hatian dalam mengatur pH, kelembaban, suhu penyangraian, dan lamanya waktu karena ada kemungkinan akan dihasilkannya beraneka macam warna dalam range yang luas (Beckett, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Pengepresan (</span></strong><em><b><span lang="SV">Defatted</span></b></em><strong><span lang="SV">)</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Lemak kakao dikeluarkan dari pasta kakao dengan cara dikempa atau di-press. Rendemen pengempaan sangat dipengaruhi oleh kondisi pasta seperti suhu, kadar air, ukuran partikel, dan tekanan kempa. Lemak kakao akan relatif mudah dikempa pada suhu antara 40-45<sup>0</sup>C, kadar air <4% dan ukuran partikel <75mm. pengempaan pasta dilakukan di dalam tabung yang dilengkapi dengan pennyaring 120 mesh dengan tekanan hidrolik sampai 40 atm. Karena tekanan hidrolik, lemak akan terpisah dari pusat dan keluar dari saringan lewat dinding tabung dalam fase cair berwarna putih kekuningan. Jika dibiarkan pada suhu kamar (<37<sup>0</sup>C), lemak kakao akan membeku dan mudah dibentuk. Lemak kakao memiliki sifat khas yakni bersifat plastis. Kandungan senyawa lemak padat relatif tinggi, warna putih-kekuningan dan mempunyai bau khas cokelat.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Lemak kakao banyak diolah untuk produk makanan setelah dicampur dengan pasta, gula, dan bahan-bahan lainnya untuk dibuat menjadi makanan cokelat. Lemak cokelat juga banyak dipakai sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika. Sedangkan sisa hasil kempaan adalah bungkil padat dengan kandungan lemak berkisar antara 10-22% tergantung pada permintaan konsumen. Bungkil merupakan bahan baku utama pembuatan bubuk cokelat untuk makanan atau minuman. Saat ini dikenal pasar bubuk cokelat dengan 3 tingkatan kadar lemaknya, yaitu kadar lemak rendah (10-12%), medium (13-17%) dan lemak tinggi (>17% sampai 22%) (Mulato, dkk, 2005).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Pengayakan</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Bubuk cokelat dihasilakan dari bungkil yang merupakan residu dari pengempaan pasta. Namun untuk mengubah bungkil menjadi bubuk cokelat ada tahapan-tahapan proses yang harus dilalui. Salah satunya adalah tahap pengayakan.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Pada tahap ini padatan bungkil dihaluskan dengan alat pengalus tipe roll. Keberadaan senyawa lemak dalam bungkil sangat berpengaruh pada kinerja dan hasil penghalusan bungkil. Dengna kandungan lemak yang relatif masih tinggi (10-22%), bungkil hanya bisa dilembutkan dengan cara cermat. Jika suhu penghalusan di bawah 34oC, fraksi gliserida di dalam lemak kakao menjadi tidak stabil dan menggumpal kembali membentuk bongkahan (<em>lump</em>). Sebaliknya, jika suhu penghalusan di atas 40<sup>o</sup>C, lemak akan mencair. Untuk itu, suhu penghalusan harus dikontrol secara cermat agar diperoleh bentuk bubuk yang stabil baik dari baik aspek warna maupun sifat-sifat alirnya (<em>flow ability</em>) (Mulato, dkk, 2005).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Bubuk cokelat yang telah halus diayak untuk memeperoleh ukuran partikel yang seragam dengan menggunkan mesin pengayak dengan menggunakan mesin pengayak tipe getar. Suhu ayakan dikontrol sedemikian rupa agar lemak tidak meleleh dan menutupi lubang-lubang ayakan. Bubuk yang masih kasar (tertinggal di atas ayakan 120 mesh) digiling lagi sampai halus yng lolos ayakan merupakn produk yang siap jual (Mulato, dkk, 2005).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="SV">Mixing</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Untuk membuat variasi jenis produk, bubuk cokelat halus dapat juga dicampur susu, gula, bahan lain sebagai penyedap (vanila) dengan proporsi tertentu sesuai kesukaan pasar. </span><span lang="ES">Proses pencampuran bahan-bahan tersebut dilakukan pada mesin pencampur (Mulato, dkk, 2005).</span><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><strong><span lang="ES">Pengemasan</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="ES">Kemasan adalah suatu tempat atau wadah yang digunakan untuk mengemas suatu produk, yang telah dilengkapi dengan tulisan, label dan keterangan lain yang menjelaskan isi, kegunaan lain-lainnya yang dirasa perlu disampaikan kepada konsumen. Kemasan disebut juga pembungkus, wadah atau pengepak yang mempunyai peranan penting di dalam pengawetan bahan pangan (Susanto dan Sucipta, 1994).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="ES">Pengemasan bertujuan untuk mempertahankan aroma, citarasa dan sekaligus penampilan produk-produk makanan cokelat ketika diangkut, dijajakan dan disimpan. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap keawetan makanan cokelat adalah suhu lingkungan, kelembaban dan kandungan oksigen di dalam kemasan. Uap air di dalam kemasan akan menghidrolisa senyawa kimia yang ada di dalam makanan cokelat dan menyebabkan bau apek (<em>stale</em>). </span><span lang="SV">Sedangkan, oksigen akan mengurangi aroma dan ciarasa cokelat karena prose oksidasi. Untuk itu, bahan pengemas harus mempunyai sifat-sifat khusus antara lain mempunyai daya transmisi yang rendah terhadap uap air dan oksigen. Demikian juga mempunyai sifat permeabilitas yang rendah terhadap aroma dan bau.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Beberapa jenis kemasan yang umum adalah plastik transparan, alumunium foil dan kotak kardus. Kemasan juga harus ditutup rapat (<em>seal</em>) dengan perlakuan panas dan tekanan. Usia simpan makanan atau bahan cokelat dapat diperpanjang jika oksigen di dalam kemasan dikurangi ke tingkat yang paling rendah (<1%) atau jika mungkin nol persen. Untuk itu, beberapa jenis kemasan menggunakan sistem vakum (Mulato, dkk,2005).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="FI">Berikut ini adalah 6 fungsi utama kemasan antara lain (Susanto dan Sucipta, 1994):</span><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">1. Menjaga produk bahan pangan agar tetap bersih dan merupakan pelindung terhadap kotoran dan kontaminasi lain.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">2. Melindungi makanan terhadap kerusakan fisik, kaadar air, cahaya.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">3. Dapat berfungsi dengan baik, efisien dan ekonomis selama proses penempatan makanan ke dalam wadah kemasan serta mengurangi terjadinya pencemaran, penysutan, tumpah dan tercecernya bahan pangan.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">4. Mempunyai kemudahan dalam membuka dan penutupan, mempermudah cara penggunaan produk serta memudahkan dalam tahap-tahap penanganaan melalui gudang dan pengangkutan selama distribusi.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">5. Ukuran bentuk dan bobot dari unit wadah (memenuhi standar) mudah dibuang dan mudah dibentuk atau dicetak.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="SV">6. Menampakkan identifikasi, informasi dan penampilan serta mencegah pemalsuan yang penting dalam penjualan sehingga meningkatkan daya saing.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Salah satu bentuk kemasan yang biasa dipakai adalah karton. Menurut Susanto dan Sucipta (1994) karton merupakan suatu jenis kertas yang tebal, pada umumnya dipergunakan sebagai bahan pengemas kedua produk pada suatu industri pangan maupun non pangan.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Cokelat biasa dijual dalam berbagai bentuk dimana produk tidak hanya mengandung cokelat saja tetapi juga ada ingredient lain seperti buah, kacang, dan karamel yang mungkin saja dapat mengalami kerusakan selama penyimpanan. Pengemas yang baik untuk produk cokelat harus bersifat memberikan penghalang yang baik bagi cahaya, oksigen, uap air/kelembaban, dan aroma asing selain aroma asli produk (Robertson, 1993).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Beberapa material yang biasa digunakan untuk susu bubuk antara lain; kaleng, berbahan metal, fiber cans dan pengemas laminasi (alumunium foil atau plastik laminating). Saat ini alumunium foil atau plastik laminating telah diperkenalkan untuk menggantikan posisi pengemas kaleng berbahan timah. Model pengemas ini dapat dibentuk, diisi dengan gas, dan disegel atau di-seal dengan menggunakan mesin tunggal dari batang kumparan (<em>reel stock</em>).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="SV">Pengisian gas atau gas <em>flushing</em> dilakukan dengan menjenuhkan bahan berbentuk bubuk dengan gas inert dimana tahapan gas flushing tidak dijumpai dalam pengemasan dengan kaleng. Keuntungan utama dengan pengemas tipe laminasi ini biaya yang dibutuhkan lebih rendah dan berat material juga lebih ringan. Namun kekurangan, yaitu bungkus laminaasi ini tidak dapat memiliki kekuatan mekanis dan ketahanan yang cukup lama dan selain itu sulit untuk mendapatkan kepuasan dari proses heat seal dikarenakan kontaminasi yang dapat terjadi pada area heat seal selama proses pengisian powder (Robertson, 1999).<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><br />
</div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><strong><span lang="SV">Standar Mutu Bubuk Cokelat Murni dan Minuman Cokelat</span></strong><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Beberapa kriteria mutu bubuk cokelat yang di-alkalisasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini (tabel 7):<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="SV">Tabel 7. Kriteria Mutu Bubuk Cokelat yang Dialkalisasi</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; margin-left: 5.4pt;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid black; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><span lang="EN-GB">Normal</span></st1:place></st1:city><span lang="EN-GB"> </span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: inset inset inset none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Limit</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Warna </span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">10-24</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">8-26</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Flavor </span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">5,0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">7,0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Lemak, %</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td colspan="2" style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" width="216"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="EN-GB">Sesuai standard</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">pH</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">4,8-6,0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">4,6-6,2</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="FI">Abu pada bahan selain lemak kering, %</span><span lang="NO-BOK"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 13,5</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 14,0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Alkalinitas pada abu</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max.175</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 175</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Kulit nib (shell), %</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 1,75</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 2,0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Residu ayakan (sieve residue) on 75 µm, %</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 0,5</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 2,0</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Residu logam berat</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td colspan="2" rowspan="2" style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" width="216"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="EN-GB">Disesuaikan dengan Codex Allimentarius atau Peraturan Nasional</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Residu pestisida</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Mikrobiologis :</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø </span>Total plate count/g<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø </span>Mould/g<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø </span>Yeast/g<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø </span>Enterobacteriaceae/g<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø </span>E. coli/g<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Wingdings;">Ø </span>Salmonella/25 g<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 1000</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 50</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 50</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 1</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Negatif</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Negatif</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 81pt;" valign="top" width="108"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 20000</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 100</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Max. 100</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Negatif </span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Negatif</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Negatif</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 135pt;" width="180"> <div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><span lang="EN-GB">Moisture, %</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> <td colspan="2" style="border-color: -moz-use-text-color; border-style: none inset inset none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 162pt;" width="216"> <div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;"><span lang="EN-GB">Sesuai standar</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="EN-GB">Menurut Meursing (1997) ada dua alasan mengapa Salmonella merupakan bentuk bahaya spesifik pada cokelat dan produk yang mengandung bubuk kakao, yaitu:</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">1. Bakteri Slamonella kemungkinan ada pada biji kakao. Akibat pemanenan, proses fermentasi, dan pengeringan dalam kondisi minim sanitasi di iklim tropis.</span><span lang="NO-BOK"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI">2. Bakteri yang terdapat pada cokelat liquor dikelilingi lemak selama proses grinding atau pemastaan kasar berlangsung. Dan adanya lemak akan melindungi bakteri sehingga akibatnya Salmonella dapat tumbuh selama beberapa bulan.</span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI"></span></div><div class="msolistparagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: right; text-indent: -18pt;"><span lang="FI"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: right;"><span lang="FI"><o:p _moz-userdefined="">Dikutip dari Proposal PKL @ Puslit Kopi & Kakao</o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: right;"><span lang="FI"><o:p _moz-userdefined="">Permen cokelat Yummyyyy ^^</o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: right;"><span lang="FI"><o:p _moz-userdefined="">Miuw_inK </o:p></span></div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-61066024115304677772011-04-06T23:16:00.000-07:002011-04-08T03:04:46.172-07:00Bakteriosin sebagai Biopreserfativ dalam Bahan Pangan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk291o5W6WYPZVysHCRJoMljSV4tIIm8aoZX_21sF0Pv4MRDgGbotkOGpm8aPK2uWzLr3aJ1mmUaoHN5_yCTTH6OVzlLKaSqZFlVDfWIG0zPiOb8wwiw9Yz9ry8FYyoZiLu9uglJQOHv8/s1600/1.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhk291o5W6WYPZVysHCRJoMljSV4tIIm8aoZX_21sF0Pv4MRDgGbotkOGpm8aPK2uWzLr3aJ1mmUaoHN5_yCTTH6OVzlLKaSqZFlVDfWIG0zPiOb8wwiw9Yz9ry8FYyoZiLu9uglJQOHv8/s1600/1.png" /></a></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><span lang="NO-BOK"> Dalam produksi makanan, penting untuk menjaga kualitas dan stabilitas produk selama penyimpanan. </span>Salah satu cara untuk menjaga kualitas dan stabilitas produk adalah dengan mencegah terjadinya kerusakan bahan karena kegiatan fisik, kimia, mekanik maupun mikrobiologis. Konsumen menginginkan makanan yang berkualitas tinggi, tanpa bahan pengawet kimia, aman dan mempunyai umur simpan yang lama. </div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"> Untuk mencapai tujuan-tujuan di atas maka dikembangkanlah berbagai cara untuk mencari bahan pengawet alami dan murah. Senyawa bersifat pengawet temuan mereka berasal dari bakteri penghasil asam laktat. Di bidang mikrobiologi, zat demikian dikenal dengan bakteriosin.</span> Bakteriosin merupakan substansi protein, umumnya mempunyai berat molekul kecil serta memiliki aktivitas sebagai bakterisidal dan sintesis protein ini dikode oleh plasmid bakteri. Senyawa antimikroba atau bakteriosin telah banyak dimanfaatkan sifat antagonistiknya dalam bidang biopreservatif pangan, kemampuannya dalam menghambat bakteri Gram positif dan atau Gram negatif dan sebagai terapeutik.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Bakteriosin merupakan bahan pengawet makanan tidak beracun, mudah terurai, dan tidak membahayakan bagi mikroba usus. Meskipun dalam konsentrasi yang rendah, bakteriosin memiliki kemampuan antimikroba yang sangat tinggi. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Bakteriosin juga mempunyai sifat stabil pada pemanasan, pH rendah, refrigerasi dan pembekuan, dan tahan terhadap garam dan enzim. Di sisi lainbakteriosin sangat sensitive terhadap enzim proteolitik. Bakteriosin dapat berpotensi untuk diaplikasikan dalam proses pengolahan pangan untuk menciptakan kestabilan produk terhadap kerusakan mikrobiologis.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Bakteriosin sebaiknya tidak digunakan sebagai barrier utama untuk mengendalikan sejumlah besar mikroorganisme yang tidak dikehendaki, melainkan hanya digunakan untuk mengendalikan sejumlah kecil mikroorganisme yang masih dapat hidup pada tahap pengolahan. Karena bakteriosin bersifat spesifik pada jenis mikroba tertentu. Biasanya efektif membunuh mikroba gram positif pada spesies yang dekat kekerabatannya.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Terdapat berbagai jenis bakteriosin yang dihasilkan oleh mikroba. Berikut merupakan beberapa jenis bakteriosin dan mikroba yang menghasilkannya:</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoTableGrid" style="border-collapse: collapse; border: medium none;"><tbody>
<tr> <td style="border: 1pt solid windowtext; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" width="199"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Nama Mikroba</div></td> <td style="border-color: windowtext windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: solid solid solid none; border-width: 1pt 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" width="204"><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">Bakteriosin</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" valign="top" width="199"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Pediococcus acidilactis<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Pediocin</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" valign="top" width="199"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Lactobacillus sake<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Sakacin</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" valign="top" width="199"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Lactobacillus lactis<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Lactacin</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" valign="top" width="199"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Streptomyces natalensis<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Natamycin</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" valign="top" width="199"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Enterococcus faecium<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Enterocin A dan B</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" valign="top" width="199"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Streptococcus lactis<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Nisin</div></td> </tr>
<tr> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext; border-style: none solid solid; border-width: medium 1pt 1pt; padding: 0cm 5.4pt; width: 149.4pt;" valign="top" width="199"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Escherichia coli<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div></td> <td style="border-color: -moz-use-text-color windowtext windowtext -moz-use-text-color; border-style: none solid solid none; border-width: medium 1pt 1pt medium; padding: 0cm 5.4pt; width: 153pt;" valign="top" width="204"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Colicins</div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Selain itu, pada proses fermentasi terdapat juga mikroba penghasil bakteriosin seperti <i>Lactococcus, Streptococcus, Leeuconostoc, Pediococcus, Bifidobacterium, dan Propionibacterium.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Dari sekian banyak bakteriosin yang diketahui, nisin masih merupakan satu-satunya bakteriosin yang secara komersial digunakan sebagai biopreservativ (pengawet alami) dan diakui aman oleh WHO (World Health Organization) dan telah menerima denominasi dari GRAS (Generally Recognized and Safe) dan juga oleh Food and Drug Administration (FAO). Ini karena nisin bersifat tidak toksin, diproduksi secara alami oleh <i>Lactococcus lactis</i>, stabil pemanasan, stabil penyimpanan, tidak mempengaruhi rasa dan aroma bahan pangan, terdegradasi oleh enzim digesta, dan sifat antimikrobanya (menghambat pertumbuhan bakteri gram positive). </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="NO-BOK">Bakteri gram negatif lebih tahan terhadap nisin. Walaupun demikian, nisin dapat digunakan untuk menghambat bakteri gram negatif jika dikombinasikan dengan senyawa pengkelat (EDTA, citrate monohidrat, dan trisodium orthophopat) atau perlakuan lain yang dapat mengubah sensitivitas organisme terhadap nisin. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Dapat diketahui dari table bahwa <i>E. coli</i> juga dapat menghasilkan bakteriosin. Tetapi tidak ada penggunaannya dalam pengolahan pangan karena colicins mempunyai efek inhibitor yang sangat rendah pada enteric bacteria yang lain. Selain itu, karena sifat <i>E. coli</i> yang pathogen, jadi jarang digunakan dalam proses pengolahan.<br />
Bakteriosin adalah racun yang sangat kuat, biasanya spesifik pada jenis mikroba tertentu dan biasanya diproduksi mikroba ketika menghadapi keadaan yang kompetitif. Seperti kompetisi untuk mendapat nutrisi, akumulasi asam amino, keadaan rendah potensial oksidasi-reduksi, dan koagregasi yang menyebabkan sifat antagonis. Ketika dilepaskan dari sel ke lingkungan luar, maka bakteriosin akan menyebabkan eliminasi yang cepat tanpa ada perlawanan maupun persiapan perlawanan dari sel mikroba yang lain. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Bakteriosin yang menyelubungi sel mikroba target akan masuk melalui membran sel mikroba target menyebabkan ketidakseimbangan fungsi membran sitoplasma (mempengaruhi sintesa energi dan permeabilitas), menghambat sintesa asam nukleat, sintesa protein, dan mengubah mekanisme translator sel. Hal-hal di atas dapat menyebabkan sel mikroba target lisis (pecah) dan kemudian mati. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Dapat disimpulkan bahwa proses pembunuhan mikroba target oleh bakteriosin adalah:</div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Perusakan dinding sel mikroba target</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Destabilisasi membrane sitoplasma</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Pengubahan stuktur asan nukleat</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Penghambatan kerja enzim</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Aksi antimetabolisme</li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Penghambatan sintesa asam nukleat</li>
</ol><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt;"> Bakteriosin biasanya efektif untuk membunuh bakteri gram positif pada spesies yang dekat kekerabatannya. Contohnya nisin dan pediosin merupakan antimikrobia bagi <i>Lactobacillus plantarum, Pediococcus acidilactis, Leuconostoc mesenteroides, Listeria monocytogenes, </i>dan<i> Micrococcus luteus.</i></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Dalam produksi makanan sangatlah penting untuk menjaga kualitas dan stabilitas produk selama penyimpanan. Salah satu cara untuk menjaga kualitas dan stabilitas produk adalah dengan mencegah terjadinya kerusakan bahan karena kegiatan fisik, kimia, mekanik maupun mikrobiologis. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Pada zaman sekarang konsumen menginginkan makanan yang berkualitas tinggi, tanpa bahan pengawet kimia, aman dan mempunyai umur simpan yang lama. Hal ini yang membuat pesatnya perkembangan dalam bidang pangan. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Bakteriosin dapat mencegah pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan dan juga aman bagi kesehatan karena mudah terhidrolisis oleh enzim proteolitik (dapat dicerna tubuh tanpa menimbulkan efek negative bagi tubuh). Bakteriosin dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan senyawa kimia sintesis sebagai pengawet makanan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mekanisme penambahan senyawa antimikroba alami ini pada pembuatan produk-produk fermentasi misalnya pada keju, penambahan senyawa antimikroba ini digunakan sebagai starter. Mikroba yang berperan sebagai aenyawa antimikroba ini yaitu Streptococcus lactis. Caranya, mikroba ini diinokulasikan pada dadih susu, kemudian bakteri ini menghasilkan asam laktat sehingga dapat menciptakan suasana asam pada media tumbuhnya, sehingga bakteri pathogen yang tidak tahan suasana asam ini akan dihambat pertumbuhannya. Penambahan mikroba ini akan membentuk tekstur, warna, serta aroma yang khas. Tekstur akan berubah menjadi padat karena asam laktat yang dihasilkan oleh <i>S. lactis </i>akan menggumpalkan protein.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Berikut merupakan beberapa jenis bakteriosin dan aplikasinya dalam pengolahan pangan: </div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Nisin </li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">Nisin efektif menghambat pertumbuhan <i>Listeria monocytogenes</i> pada keju. Selain itu nisin juga dapat digunakan dalam <span class="grame">pasteurisasi produk-produk dairy dan makanan kaleng untuk mencegah pertumbuhan spora Clostridium.</span> Nisaplin dan nisin juga dapat menghambat pertumbuhan <i>Leuconostoc</i>.</div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Enterocin</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">Enterocin juga dapat menghambat pertumbuhan <i>Listeria monocytogenes</i> jika diinokulasikan pada ham, daging babi, daging ayam, dan sosis. </div><ol start="3" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Natamycin</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">Natamycin secara efektif dapat menghambat pertumbuhan <i>Aspergillus </i>dan<i> Fusarium</i>. </div><ol start="4" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Pediocin</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">Pediocin dapat menghambat pertumbuhan <i>Leuconostoc</i>.</div><ol start="5" style="margin-top: 0cm;" type="1"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Lactocin</li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">Dapat menghambat pertumbuhan <i>Lysteria monocytogenes</i> yang tumbuh pada daging.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: right;">Tugas Mikpang</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: right;">Miuw_inK </div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-52485871754557224952011-04-06T22:58:00.000-07:002011-04-07T05:04:34.570-07:00Pengaruh Penyimpanan Suhu Rendah Pada Bahan Pangan Terhadap Ketahanan Mikroba<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJoPnjcQdHudRJR4NwpLquQn091S8LhDB76URzYcRG0PfCpbKlJ8ZUWyLml9Jnp5d5oD8vPZYgQ2M3PDYUHDGRZnnlZDJEcUg_OnHwIZ-jOMSI91OPqmZRvg77hiO-UwkjNMBxiAFn4_I/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJoPnjcQdHudRJR4NwpLquQn091S8LhDB76URzYcRG0PfCpbKlJ8ZUWyLml9Jnp5d5oD8vPZYgQ2M3PDYUHDGRZnnlZDJEcUg_OnHwIZ-jOMSI91OPqmZRvg77hiO-UwkjNMBxiAFn4_I/s1600/1.jpg" /></a></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Sebagian besar produk pertanian, khususnya buah-buahan dan sayuran lebih banyak dikonsumsi dalam bentuk segar dari pada dalam bentuk olahan. Disamping mengandung bahan-bahan seperti protein, karbohidrat dan vitamin masih cukup tinggi, juga masih mempunyai cita rasa yang segar dan menarik. Namun demikian karma sifat dari produk pertanian itu sendiri yang mudah busuk dan rusak maka alternatif untuk diolah menjadi produk paska panen merupakan hal yang bijaksana untuk di lakukan. Tingkat kerusakan produk pertanian khususnya buah dan sayuran diperkirakan sekitar 30 % sampai dengan 40 % , sedangkan 60 % dikonsumsi dalam bentuk segar dan olahan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pembekuan merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan dengan menyimpan dan mempertahankan suhu bahan pada titik bekunya. Dengan membekunya sebagian kandungan air bahan atau dengan terbentuknya es (ketersediaan air menurun), maka kegiatan enzim dan jasad renik dapat dihambat atau dihentikan sehingga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. Mutu hasil pembekuan masih mendekati buah segar walaupun tidak dapat dibandingkan dengan mutu hasil pendinginan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pembekuan dapat mempertahankan rasa dan nilai gizi bahan pangan yang lebih baik dari pada metoda lain, karena pengawetan dengan suhu rendah (pembekuan) dapat menghambat aktivitas mikroba mencegah terjadinya reaksi reaksi kimia dan aktivitas enzim yang dapat merusak kandungan gizi bahan pangan. Walaupun pembekuan dapat mereduksi jumlah mikroba yang sangat nyata tetapi tidak dapat mensterilkan makanan dari mikroba.</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b><o:p _moz-userdefined=""></o:p></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center; text-indent: 36pt;"><b><o:p _moz-userdefined=""></o:p></b></div><ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Teknik-teknik Pembekuan<b><o:p _moz-userdefined=""></o:p></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">Pembekuan berarti pemindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat, dan merupakan salah satu proses pengawetan yang umum dilakukan untuk penanganan bahan pangan. Pada proses pembekuan, penurunan suhu akan menurunkan aktifitas mikroorganisma dan sistem enzim, sehingga mencegah kerusakan bahan pangan. Selain itu, kristalisasi air akibat pembekuan akan mengurangi kadar air bahan dalam fase cair di dalam bahan pangan tersebut sehingga menghambat pertumbuhan mikroba atau aktivitas sekunder enzim.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Proses pembekuan terjadi secara bertahap dari permukaan sampai pusat bahan. Pada pemukaan bahan, pembekuan berlangsung cepat sedangkan pada bagian yang lebih dalam, proses pembekuan berlangsung lambat (Brennan, 1981). Pada awal proses pembekuan, terjadi fase <i>precooling </i>dimana suhu bahan diturunkan dari suhu awal ke suhu titik beku. Pada tahap ini semua kandungan air bahan berada pada keadaan cair (Holdworth, 1968). Setelah tahap <i>precooling </i>terjadi tahap perubahan fase, pada tahap ini terjadi pembentukan kristal es (Heldman dan Singh, 1981).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt;">Metode pembekuan yang umum digunakan adalah <b>:<o:p _moz-userdefined=""></o:p></b></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt;">− Penggunaan udara dingin yang ditiupkan atau gas lain dengan suhu rendah kontak langsung dengan makanan, misalnya dengan alat-alat pembeku tiup (<i>blast</i>), terowongan <i>(tunnel</i>), bangku fluidisasi (<i>fluidised bed</i>), spiral, tali (<i>belt</i>) dan lain-lain.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt;">− Kontak langsung misalnya alat pembeku lempeng (<i>plate freezer</i>), di mana makanan atau cairan yang telah dikemas kontak dengan permukaan logam (lempengan, silindris) yang telah didinginkan dengan mensirkulasi cairan pendingin (alat pembeku berlempeng banyak).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt;">− Perendaman langsung makanan ke dalam cairan pendingin, atau menyemprotkan cairan pendingin di atas makanannya (misalnya nitrogen cair dan freon, larutan gula atau garam).<br />
Metode pembekuan yang dipilih untuk setiap produk tergantung pada :</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> − Mutu produk dan tingkat pembekuan yang didinginkan .</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> − Tipe dan bentuk produk , pengemasan , dan lain-lain.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> − Fleksibilitas yang dibutuhkan dalam operasi pembekuan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%;"> − Biaya pembekuan untuk teknik alternatif.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">Ada</st1:city></st1:place> beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam membuat produk beku yaitu mutu bahan awal dan kebersihan. Bahan pangan dengan mutu yang kurang baik akan mengalami penurunan mutu dibandingkan dengan bahan bermutu baik. Kebersihan juga perlu diperhatikan, karena kotoran merupakan sumber kontaminan. Kontaminan ini selama pelelehan akan mempercepat pembusukan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Nitrogen cair (titik didih –196<sup>o</sup>C) dan bahan pendingin bersuhu rendah lainnya telah menjadi sangat penting akhir-akhir ini sehubungan dengan perannya dalam pembekuan makanan secara cepat (<i>rapid freezing</i>), di mana teknik pembekuan lainnya menghasilkan mutu yang rendah pada produk akhir. Perendaman langsung ke dalam cairan nitrogen telah diganti dengan system penyemprotan langsung pada makanan yang telah didinginkan terlebih dahulu oleh uap nitrogen yang bergerak berlawanan dengan aliran makanan dalam terowongan berisulator yang lurus atau berbentuk spiral. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Walaupun biaya operasi dengan menggunakan nitrogen cair ini lebih tinggi. Cara ini mengurangi oksidasi permukaan makanan yang tidak dikemas dan hilangnya air dari bahan pangan tersebut, dan keluwesan cara ini memungkinkan pembekuan untuk berbagai jenis bahan pangan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 72pt; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Pengaruh Pembekuan<b> <o:p _moz-userdefined=""></o:p></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengaruh pembekuan dapat dibagi menjadi dua hal berdasarkan komponen yang terpengaruhi:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">1. Pengaruh Pembekuan pada Jaringan </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Hampir semua bahan pangan dapat dibekukan. Hanya bahan makanan kering yang hampir tak mengandung air seperti keripik, kerupuk yang tak membeku walau disimpan pada suhu di bawah nol derajat Celsius. Bahan-bahan makanan seperti tahu, telur, wortel, kacang polong, ikan, kubis akan membeku sempurna. Tetapi tidak semua bahan tersebut akan kembali ke bentuk semula ketika dilelehkan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"> Pada waktu pelelehan kembali, sebagian air akan keluar dari sel-sel jaringan tersebut. Kondisi itu akan berakibat kurang baik terhadap bentuk, tekstur serta sifat fisiko-kimia lainnya. Akan tetapi, hal ini tidak akan terjadi pada bahan-bahan pangan yang memunyai jaringan dengan dinding sel yang kuat dan elastis. Dinding sel ini dapat menahan pemuaian, sehingga pada saat meleleh, air masih tetap pada tempatnya. Fenomena ini dapat dilihat pada bahan pangan seperti daging-dagingan dan ikan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pada waktu <i>thawing </i>terjadi kerusakan sel yang <i>irreversible</i> yang mengakibatkan mutu menjadi jelek setelah <i>thawing</i>, terjadi khususnya sebagai hasil pembentukan kristal es yang besar dan perpindahan air selama pembekuan dari dalam sel ke bagian luar sel yang dapat mengakibatkan kerusakan sel karena pengaruh tekanan osmotis. Pembekuan yang cepat dan penyimpanan dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar, akan membentuk kristal-kristal es kecil di dalam sel dan akan mempertahankan jaringan dengan kerusakan minimum pada membrane sel.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">2. Pengaruh Pembekuan Terhadap Mikroorganisme</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> Pertumbuhan mikroorganisme dalam makanan pada suhu di bawah kira-kira 12<sup>o</sup>C belum dapat diketahui dengan pasti. Jadi penyimpanan makanan beku pada suhu sekitar 18<sup>o</sup>C dan di bawahnya akan mencegah kerusakan mikrobologis, dengan persyaratan tidak terjadi perubahan suhu yang besar. </div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Mikroorganisme psikofilik mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada suhu lemari es terutama di antara 0<sup>o</sup> dan 5<sup>o</sup>C. Jadi penyimpanan yang lama pada suhu ini baik sebelum atau sesudah pembekuan dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan oleh mikroba.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Walaupun jumlah mikroba biasanya menurun selama pembekuan dan penyimpanan beku (kecuali spora), makanan beku tidak steril dan acapkali cepat membusuk seperti produk yang tidak dibekukan jika suhu cukup tinggi dan lama penyimpanan pada suhu tersebut cukup lama. Pembekuan dan penyimpanan makanan beku juga mempunyai pengaruh yan nyata pada kerusakan sel mikroba. Jika sel yang rusak atau luka tersebut mendapat kesempatan menyembuhkan dirinya, maka pertumbuhan yang cepat akan terjadi jika lingkungan sekitarnya memungkinkan.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Suhu rendah tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat perkembangbiakannya. Dengan demikian pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang seiring dengan semakin rendahnya suhu, dan akhirnya di bawah “suhu pertumbuhan minimum” perkembangbiakannya akan berhenti. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">Tabel 1. Suhu pertumbuhan minimal beberapa mikroorganisme (Sinell, 1992)</div><table border="1" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border: 1.5pt outset; margin-left: 27.75pt; width: 588px;"><tbody>
<tr> <td style="padding: 0.75pt; width: 30.62%;" valign="top" width="30%"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 38.76%;" valign="top" width="38%"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Genus atau spesies</div></td> <td style="padding: 0.75pt; width: 30.62%;" valign="top" width="30%"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Suhu pertumbuhan minimum (°C)</div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Patogen atau potensial patogen</div></td> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Bacillus cereus</i> </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Staphylococcus aureus</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>S. aureus </i>pembentuk enterotoxin</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Vibrio parahaemolyticus</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>E.coli</i> enteropatogenik</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Clostridium botulinum tipe A</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Pseudomonas aeruginosa</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Salmonella sp</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Clostridium perfringens</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Clostridium botulinum </i>tipe E dan beberapa strain tipe B dan F</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Fusarium, Penicillium</i></div></td> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">10 </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 5 – 13</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">10 - 19</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 5 - 8</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 8 – 10</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">10</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 9</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 6</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 5</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 3,5 – 5 </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">-18</div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Mikroorganisme index atau indikator</div></td> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>E. coli</i> </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Klebsiella sp, Enterobacter sp.</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Streptococcus faecalis</i></div></td> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"> 8 – 10 </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">±0</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">±0</div></td> </tr>
<tr> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Mikroorganisme penyebab busuk</div></td> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><i>Bacillus subtilis</i> </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Streptococcus faecium</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Lactobacillus sp</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><i>Pseudomonas fluorescens</i></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">Ragi</div></td> <td style="padding: 0.75pt;" valign="top"><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">12 </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">±0 – 3</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> 1</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">-3</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">-12</div></td> </tr>
</tbody></table><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"> Suhu pertumbuhan minimum yang tertera dalam Tabel 1 hanyalah angka perkiraan dan secara eksperimental hanya berlaku untuk beberapa strain dari spesies tertentu dan tidak dapat berlaku umum. Pada penyimpanan bahan makanan dalam suhu beku, proses pembusukan oleh mikroorganisme masih dapat terjadi walau sangat diperlambat. <span lang="FI">Proses kerusakan baru dapat dihentikan pada suhu di bawah -18°C. <o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;"><span lang="FI"> </span><span lang="SV">Suhu minimal hanya berlaku bila dalam keadaan lingkungan yang optimal. </span>Adanya perubahan sedikit saja pada nilai a<sub>w</sub> atau pH telah dapat menyebabkan peningkatan suhu pertumbuhan secara drastis. Contohnya adalah <i>Enterobacter aerogenes</i> yang memiliki suhu pertumbuhan minimal sebesar 5 °C apabila angka aktivitas airnya optimal yaitu di atas 0,97. Pada nilai a<sub>w</sub> sebesar 0,955 pertumbuhannya berhenti pada suhu sekitar 20 °C , dan pada a<sub>w</sub> 0,950 pertumbuhan berhenti pada suhu 30 . </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pada uji mikroorganisme yang sama, terjadi peningkatan suhu pertumbuhan minimal menjadi 15 °C ketika terjadi penurunan pH dari pH optimal 7 menjadi 3,9. Pada beberapa mikroorganisme, suhu rendah dapat pula menyebabkan aktivitas enzimatik menjadi intensif. <i>Pseudomonas</i> lebih banyak menghasilkan lipase dan proteinase pada suhu di bawah suhu optimum pertumbuhannya. Hal ini dapat menjelaskan hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa perubahan akibat kerja mikroorganisme dalam bahan makanan sering terjadi walau jumlah mikroorganisme tidak melebihi jumlah yang diperbolehkan. Pada fase eksponensial, mikroorganisme sangat peka terhadap suhu rendah, khususnya <i>Enterobacter</i> dan <i>Pseudomonas</i>, sedangkan bakteri Gram positif nampaknya lebih tahan. Pembekuan sedikit banyak membuat kerusakan. mikroorganisme Kerusakan ini dapat bersifat reversibel maupun menyebabkan kematian sel bakteri. Kerusakan ini bergantung pada jenis dan kecepatan proses pembekuan. Pembekuan cepat dengan suhu sangat rendah tidak atau hanya sedikit membuat kerusakan sel bakteri, sedangkan pembekuan lambat dengan suhu pembekuan relatif tinggi (s/d –10 °C) dapat membuat kerusakan hebat pada sel bakteri. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Hal ini didukung pada kenyataan bahwa laju kematian bakteri meningkat dengan semakin meningkatnya suhu mendekati titik nol. Dalam suatu uji kultur diperoleh hasil bahwa setelah disimpan selama 220 hari dalam suhu –10 °C hanya tinggal 2,5 % sel bakteri yang masih hidup, sedangkan yang disimpan pada suhu –20 °C masih ada 50 % sel bakteri yang hidup. Pada suhu –4 s/d – 10 °C angka kematian sangat tinggi. Meskipun demikian hal ini dalam prakteknya tidak dapat digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme pada bahan makanan yang dibekukan karena pada suhu ini mikroorganisme psikrofil tertentu masih dapat berkembangbiak dan juga perombakan kimiawi masih berjalan sehingga mempengaruhi kualitas bahan makanan. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Pengetahuan mengenai proses ini penting karena alasan berikut: mikroorganisme yang subletal rusak sulit ditemukan pada pemeriksaan kultur bakteriologik. Setelah bahan makanan beku ini dihangatkan dan pada kondisi yang menguntungkan, bakteri ini dapat kembali beraktivitas sehingga seperti halnya pada kasus Salmonella, dapat menjadi ancaman kesehatan konsumen. Oleh karena itu, pada pemeriksaan mikrobiologik bahan makanan yang dibekukan (demikian pula pada produk yang dikeringkan atau dipanaskan), hendaknya memakai metode dan media yang cocok untuk dapat menghidupkan kembali mikroorganisme yang rusak tersebut.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><ol start="3" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Upaya Mempertahankan Mutu Makanan beku<b><o:p _moz-userdefined=""></o:p></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 36pt; text-align: justify;">Faktor-faktor dasar yang mempengaruhi mutu akhir dari makanan beku adalah:</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;">1). Mutu bahan <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">baku</st1:city></st1:place> yang digunakan termasuk varietas, kemasakan, kecocokan untuk dibekukan dan disimpan dalam kondisi beku.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">2). Perlakuan sebelum pembekuan seperti blansir, penggunaan SO<sub>2 </sub>atau asam askorbat.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify;"><i>Blanching</i>, yaitu pemanasan singkat dengan uap panas atau perebusan terhadap bahan pangan yang dibekukan. Perlakuan ini dapat menyebabkan dinding sel jaringan menjadi sedikit lunak sehingga tidak mudah rusak.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">3). Metoda dan kecepatan pembekuan yang dipakai<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify;">Kecepatan pembekuan juga berpengaruh terhadap mutu produk beku yang dihasilkan. Semakin rendah suhu pada produk maka mutu produk yang dihasilkan semakin baik, karena kemungkinan kerusakan jaringan dapat diperkecil. Walaupun demikian suhu pembekuan optimal untuk setiap jenis bahan <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">baku</st1:city></st1:place> berbeda. Selain itu, suhu penyimpanan produk beku juga akan berpengaruh pada mutu produk.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 18pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;">Sifat produk yang diakibatkan oleh pembekuan yang sangat cepat sangat berbeda dari produk yang dihasilkan dari pembekuan lambat. Pembekuan yang sangat cepat akan menghasilkan kristal es yang kecil tersusun secara merata pada jaringan. Sedangkan pembekuan lambat akan menyebabkan terbentuknya kristal es yang besar yang tersusun pada ruang antar sel dengan ukuran <st1:place _moz-userdefined="" w:st="on"><st1:city _moz-userdefined="" w:st="on">pori</st1:city></st1:place> yang besar. Dari segi kecepatan berproduksi, pembekuan secara sangat cepat dianggap menguntungkan, selama mutu produk yang dihasilkan tidak dikorbankan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">4). Suhu Penyimpanan dan Fluktuasi Suhu</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 18pt; text-align: justify;">Kehilangan mutu sebagai hasil fluktuasi suhu penyimpanan adalah kumulatif selama masa simpan dari produk. </div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">5). Waktu Penyimpanan</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">6). Kelembaban lingkungan tempat penyimpanan, terutama jika makanan tidak dikemas.</div><div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt; text-align: justify;">7). Sifat-sifat dari setiap bahan pengemas</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;"><br />
</div><ol start="4" style="margin-top: 0cm;" type="A"><li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">Penyimpanan dan Distribusi makanan Beku<b><o:p _moz-userdefined=""></o:p></b></li>
</ol><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Makanan dapat dibekukan sebelum atau sesudah dikemas. Buah-buahan dan sayuran yang akan dijual eceran biasanya dibekukan dulu sebelum dikemas dan disimpan dalam peti gesar atau silo. Penyimpanan dalam jumlah banyak memungkinkan pengemasan selama setahun dan menghindarkan kebutuhan untuk menduga keperluan ukuran kemasan yang berbeda-beda selama setahun penuh.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Seperti system lainnya, pengolah harus yakin bahwa suhu produk telah diturunkan dalam alat pembeku sampai mencapai suhu ruang penyimpanan dingin sebelum dipindahkan ke dalam ruang penyimpan tersebut. Kegagalan melakuakn hal ini akan mengakibatkan kenaikan suhu ruang penyimpan dingin dan mempercepat kerusakan makanan yang sudah ada di dalamnya. Selang waktu yang cukup lama dibutuhkan oleh system pendingin untuk dapat mengembaliakn suhu yang diinginkan.</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Cara penanganan produk selama perjalanan yaitu suhu produk diusahakan tetap terjaga. Jadi jika Anda berbelanja ke toko swalayan (<i>supermarket</i>) dengan kendaraan pribadi, sebaiknya membawa <i>ice box</i> agar produk beku yang dibeli langsung dimasukkan untuk memperkecil terjadinya kontaminasi mikroba. Penyimpanan produk beku siap santap dalam <i>freezer</i> sebaiknya dipisahkan dari bahan mentah agar tidak terkontaminasi mikroba.<i><o:p _moz-userdefined=""></o:p></i></div><i><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 12pt; line-height: 150%;"><br clear="all" style="page-break-before: always;" /></span></i><br />
<div style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span lang="FI"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-indent: -36pt;"><br />
<div style="text-align: right;"><span lang="SV"><span style="color: black; text-decoration: none;">Tugas Mikpang</span></span></div><div style="text-align: right;"><span lang="SV"><span style="color: black; text-decoration: none;">Miuw_inK</span><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div></div><div style="margin: 0cm 0cm 0.0001pt 36pt; text-indent: -36pt;"><br />
</div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-8588219440929419762011-04-06T22:45:00.000-07:002011-04-06T22:49:39.411-07:00Nutrisi dalam Serat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2mt4o1d4iUknP8VqqaZhY7N83pDzaOBlz-s22rot_RKUSq63ZBeSbzQX4CSB6aoJez6-sJoMnbAD18SE9UHd9cZGK2dW3ZGQIbZvP7NHjbYXOWv1tROnnn5cdSK5oWRn7UaiO5Xpb6C8/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2mt4o1d4iUknP8VqqaZhY7N83pDzaOBlz-s22rot_RKUSq63ZBeSbzQX4CSB6aoJez6-sJoMnbAD18SE9UHd9cZGK2dW3ZGQIbZvP7NHjbYXOWv1tROnnn5cdSK5oWRn7UaiO5Xpb6C8/s320/1.jpg" width="320" /></a></div><br />
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Serat dalam makanan (dietary fibre) bukanlah suatu kelompok bahan pangan yang memiliki sifat kimia yang mirip. <span lang="FI">Meskipun umumnya tergolong karbohidrat yang kompleks, namun berdasarkan sifat kimiawi sebenarnya mereka sangat heterogen. Ada yang berasal dari polisakarida penyusun dinding sel tumbuhan (struktural): selulosa, hemiselulosa dan pektin. Adapula yang termasuk polisakarida nonstruktural: getah (secreted & reserve gums). </span>Kelompok lain adalah polisakarida asal rumput laut (agar, carrageenans & alginates).</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;">Serat kasar adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia yang di-gunakan untuk menentukan kadar serat kasar yaitu asam sulfat (H<sub>2</sub>SO<sub>4</sub> 1.25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1.25%). Sedang serat makanan adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><b> </b>Definisi terbaru tentang serat makanan yang dismpaikan oleh <i>the American Association of Cereal Chemist</i> (AACC, 2001) adalah merupakan bagian yang dapat dimakan dari tanaman atau karbohidrat analog yang resisten terhadap pencernaan dan absorpsi pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau parsial pada usus besar.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Berdasarkan sifat fisik-kimia dan manfaat nutrisinya, serat dalam makanan dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu : larut (soluble) dan tak larut (insoluble) dalam air. Serat yang soluble cenderung bercampur dengan air dengan membentuk jaringan gel (seperti agar-agar) atau jaringan yang pekat. Sedangkan serat insoluble umumnya bersifat higroskopis: mampu menahan air 20 kali dari beratnya. Serat yang berasal dari biji-bijian (cereal) umumnya bersifat insoluble. Sedangkan serat dari sayur, buah dan kacang-kacangan cenderung bersifat soluble.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Mutu serat makanan dapat dilihat dari komposisi komponen serat makanan, dimana komponen serat makanan terdiri dari komponen yang larut (<i>Soluble Dietary Fiber</i>, SDF) dan komponen yang tidak larut (<i>Insoluble Dietary Fiber</i>, IDF) (Harland and Oberleas, 2001). Sekitar sertiga dari serat makanan total (<i>Total Dietary Fiber</i>, TDF) adalah serat makanan yang larut (SDF), sedangkan kelompok terbesarnya merupakan serat yang tidak larut (IDF).</span><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Sampai saat ini manfaat nutrisi serat yang paling dikenal adalah mengurangi gangguan sembelit (<i>constipation</i>). Sebenarnya tak semua jenis serat punya peran sebagai obat sembelit. Hanya jenis serat <i>insoluble </i>yang memiliki khasiat mengurangi gangguan buang air besar tersebut. Serat <i>insoluble </i>memegang peran utama dalam menentukan volume serta berat <i>faeces</i>. Selulosa, salah satu jenis serat <i>insoluble</i>, terbukti berperan meningkatkan berat <i>faeces </i>dan frekuensi defekasi (buang air besar); melunakkan <i>feaces </i>dan memperpendek waktu tinggal ampas (residu) makanan dalam usus. Semua peran tersebut berhubungan dengan kemampuan serat <i>insoluble </i>dalam menahan air. Biasanya peningkatan berat <i>faeces</i> ini berkaitan dengan meningkatnya masa sel bakteri (yang bertugas menghancurkan serat), residu serat, dan air.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span lang="SV">Sesuai dengan sifatnya, serat asal biji-bijian cenderung meningkatkan berat <i>faeces</i>, lebih dari serat asal buah-buahan. Demikian pula, penambahan serat <i>soluble</i>, seperti pektin, dalam makanan tak memberikan pengaruh yang berarti terhadap perubahan jumlah koloni bakteri, dan waktu tinggal residu makanan dalam usus, karena serat jenis ini dapat tercerna seluruhnya oleh jasad renik di saluran pencernaan manusia.</span><br />
<br />
<span lang="SV"></span><br />
<div style="text-align: right;"><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined="">Tugas Kimpang</o:p></span></div><div style="text-align: right;"><span lang="SV"><o:p _moz-userdefined="">Miuw_inK</o:p></span></div></div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-62504015718832901202011-04-06T20:14:00.000-07:002011-04-06T22:35:44.139-07:00KARENA E=mC2<div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6i2yUyYzlQrwpgAe5-wFrjgUpcmhXNAsJy_Xiy9pLvN-B76gSBn_wTQKmwwzsiFFmAkqAUNAXuNXZTA-lF5D2rBb-8sVkcsdV5L3kKwIOQ4fDBAdrkqNGcunw6eDd_CK2SLHi_dkyJ1o/s1600/1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6i2yUyYzlQrwpgAe5-wFrjgUpcmhXNAsJy_Xiy9pLvN-B76gSBn_wTQKmwwzsiFFmAkqAUNAXuNXZTA-lF5D2rBb-8sVkcsdV5L3kKwIOQ4fDBAdrkqNGcunw6eDd_CK2SLHi_dkyJ1o/s320/1.jpg" width="202" /></a></div>Masih lekat dalam ingatan kita tentang hukum termodinamika yang dicetuskan oleh Einstein, bahwa energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, tapi tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan. Yang selanjutnya sering kita kenal dengan hukum Kekekalan Energi dengan rumusnya E=mC<sup>2</sup>.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;">Berdasarkan hukum tersebut, energi sekecil atau sebesar apapun tidak akan pernah hilang begitu saja. Energi memiliki caranya sendiri untuk tetap bertahan dengan mentransformasi dirinya dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Dari bentuk yang sangat besar menjadi pendaran-pendaran kecil, ataupun sebaliknya dari bentuk sekian nanojoule kemudian terakumulasi menjadi bentuk energi yang lebih besar.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;">Penemuan kembali ilmu Allah (Re-search) oleh Einstein ini tidak hanya sekedar memberikan kepada kita pelajaran akan kekalnya energi panas. Lebih dari itu, teori ini juga berlaku bagi energi dalam bentuknya yang lain, salah satunya energi internal dalam diri kita yang terekspresi dalam bentuk ahlak kita sehari-hari.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;">Ahlak kita adalah cerminan atas berbagai energi yang ada di dalam tubuh kita. Apakah itu energi positif maupun energi negatif. Selayaknya bentuk energi yang lainnya, energi yang kita keluarkan ini juga tidak akan hilang begitu saja, pada siklusnya kelak, energi ini akan kembali kepada kita bisa jadi dalam bentuk yang sama atau dalam bentuknya yang lain. Dalam jeda waktu yang singkat atau dalam tenggang waktu yang sangat lama. </div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;">Hukum kekekalan energi ini pernah dialami oleh seorang bapak. Seorang bapak yang bekerja sebagai PNS begitu berharap untuk dapat menunaikan rukun Islam ke-5, Haji. Hari demi hari bapak ini senantiasa memohon kepada Allah agar dirinya mendapat kesempatan untuk menunaikan haji. Sebagai pegawai yang bersih dari korupsi, penghasilan bapak ini dapat dikatakan pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun dengan yakinnya, dia tetap berharap suatu saat Allah akan mengabulkan do’anya. Usaha yang bisa dia lakukan hanyalah memberikan yang terbaik dari setiap tugas yang diamanahkan kepadanya. Hari berbilang menjadi tahun, dan beberapa baris tahun kemudian Allah menjawab do’a bapak ini. Tidak secara langsung kepadanya, tetapi melalui putranya. Putranya menjadi pengusaha sukses dan memiliki KBIH, yang bahkan dengan mudah mampu memberangkatkan sang bapak ber-haji setiap tahunnya.</div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Do’a dan ahlak si bapak merupakan energi yang telah dikeluarkan. Keduanya menjadi tabungan energi bagi bapak ini yang sewaktu-waktu akan kembali kepadanya atas kehendak Allah. Energi itu tidak kembali secara langsung kepada si bapak, tidak juga kembali dalam bentuk asalnya. Energi itu kembali dalam bentuk yang berbeda dan jalan yang berbeda, melalui putranya. Begitulah sebuah kisah kecil tentang hukum kekelan energi.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Maha Suci Allah yang telah mengatur segala yang ada di langit dan di bumi, yang menggulirkan energi kepada siapapun yang Dia kehendaki. Sungguh, tidak ada yang sia-sia dihadapan-Nya..sekecil apapun yang kita lakukan, akan mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan senyum tulus kepada saudara kita akan menjadi tabungan energi tersendiri yang kelak akan kembali kepada kita.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><span lang="NO-BOK">Karena E=mC<sup>2</sup>, maka mengeluarkan energi internal dalam diri kita dengan ekspresi ahlak yang sebaik-baiknya tidak hanya menjadi sebuah keharusan, melainkan kebutuhan kita.<o:p _moz-userdefined=""></o:p></span></div><div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 27pt;"><br />
</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right; text-indent: 27pt;">Smangat2! ^.^</div><div align="right" class="MsoNormal" style="text-align: right; text-indent: 27pt;">Miuw_ink</div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6711071163140631352.post-35966010099948182472011-04-04T21:29:00.000-07:002011-04-06T22:48:02.228-07:00Kami Sadari...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyp9a6hKrEjyE9yit0tYiIhHTkG3OxO2DyIFCX3KDZ8dU5VbHAgSSjE8RvxrVSpONTKwDHPiuT4a7yGc56RGIbRyD0Uqb6OvzyyyaoDRzXxeChnORnVyGWS_Ks4F4DFNOqs29UIk12j6g/s1600/n1315947626_30168982_7037411.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyp9a6hKrEjyE9yit0tYiIhHTkG3OxO2DyIFCX3KDZ8dU5VbHAgSSjE8RvxrVSpONTKwDHPiuT4a7yGc56RGIbRyD0Uqb6OvzyyyaoDRzXxeChnORnVyGWS_Ks4F4DFNOqs29UIk12j6g/s320/n1315947626_30168982_7037411.jpg" width="239" /></a></div>Jalan yang kami pilih memang begitu terjal..<br />
membuat kami terantuk berulang kali..<br />
Jalan yang kami pilih memang begitu curam..<br />
membuat kami khawatir akan terpeleset..<br />
Jalan yang kami pilih memang dipenuhi duri..<br />
Sangat tajam..<br />
Dan tak jarang duri itu menyakiti kami..<br />
Kami sangat sadar dengan bagaimana jalan yang kami pilih..<br />
Kesadaran itu pun menuntun kami untuk senantiasa berpegangan erat..<br />
Erat sekali..<br />
Pada tali-NYA.. dan mengikatnya dengan seutas ukhuwah..<br />
Ya..seutas ukhuwah.. yang tidak selamanya erat..<br />
Terkadang pun mengendur..<br />
Tapi itu tidak menjadikan alasan bagi kami untuk hengkang dari jalan ini..<br />
Sekalipun kami harus berjalan tertatih.. kami rela..<br />
Sekalipun ego kami harus tersungkur.. kami ikhlas..<br />
Sekalipun hati kami begitu sakit.. kami akan tetap tegar..<br />
Dan.. sekalipun satu per satu dari kami berguguran.. kami akan tetap berdiri tegak..<br />
Pun.. ketika kami tinggal menjadi aku.. tidak ada alasan untuk berhenti..<br />
<br />
<div style="text-align: right;">Smangat2! ^^</div><div style="text-align: right;">Miuw_inK </div>Miwing Nurul Wahyunihttp://www.blogger.com/profile/01231469400556552649noreply@blogger.com0