Belum Ada Judul-1


Jika dulu khalifah Abu Bakar memiliki masyarakat dengan tipikal seperti Umar yang begitu berani menegakkan kebenaran, kemudian pada masa pemerintahan Umar memiliki masyarakat seperti Ali yang berilmu luas sehingga mampu bersikap bijak.. maka kini, beruntunglah SBY, sebagai pemimpin Indonesia saat ini, memiliki masyarakat dengan tipikal seperti kita. Yang jangankan untuk menegakkan kebenaran di masyarakat, jujur terhadap diri sendiri saja sulit. Yang jangankan bersikap bijak, berlaku patut saja masih enggan. Ironis.
Mungkin ini kesalahan pemimpin saat ini, yang tidak mampu memberikan teladan bagi rakyatnya, tapi terlebih lagi, ini adalah kesalahan kita. Karena kitalah pemimpin tersebut menduduki posisinya sekarang, karena kitalah pemimpin memiliki kuasanya sekarang, karena kitalah cermin dari pemimpin itu sendiri. So, tidak ada yang lebih layak disalahkan atas apa yang terjadi di masyarakat kita, selain diri kita sendiri.
Gelar “pemimpin”, tidak hanya disematkan pada mereka yang menjadi kepala Negara, tidak hanya diberikan kepada mereka yang memegang kekuasaan di suatu perkumpulan, tidak hanya dilabelkan pada mereka yang memiliki bawahan. Gelar pemimpin lebih tepat dilekatkan pada siapa yang memiliki milyaran sel dan memiliki hasrat tak terbatas untuk dikendalikan, ya.. itulah kita. Kitalah pemimpin itu.
Setiap kita adalah pemimpin, setidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri, sebelum pada masanya nanti akan ada dari kita yang mendapatkan amanah untuk menjadi pemimpin bagi yang lain. Oleh karena itu, tanggung jawab kita tidak terhenti pada titik dimana kita mampu memimpin diri kita, tetapi kita juga dituntut untuk mempersiapkan diri kita untuk menjadi pemimpin bagi yag lain. Seperti dalam permainan sepak bola, dimana ada pemain yang duduk di bangku cadangan. Pemain cadangan tersebut tidak lantas duduk bersantai melihat pertandingan, tetapi dia juga harus melakukan pemanasan, bersiap jika sewaktu-waktu ada pergatian pemain. Bersiaga jika sewaktu-waktu namanya dipanggil pelatih untuk turun berlaga.
Dalam sejarah perjuangan Rasulullah pun banyak kisah yang menuturkan tentang persiapan para sahabat untuk menjadi seorang pemimpin. Begitu pentingnya kepemimpinan, hingga kepemimpinan itu harus terus bergulir dari 1 tokoh ke tokoh berikutnya. Seperti misalnya dalam perang Mu’tah. Di awal peperangan, Rasulullah menunjuk Zaid bin Haritsah sebagai komandan perang. Rasulullah juga menginstruksikan, jika Zaid wafat, maka digantikan oleh Ja’far. Dan jika Ja’far juga wafat, maka digantikan oleh Abdullah bin Rawahah. Rasullullah juga menjelaskan apabila semua pemimpin perang yang telah beliau sebutkan itu wafat, maka beliau memerintahkan kaum muslimin untuk memilih pemimpinnya sendiri.
Ditengah hiruk-pikuk perang Mu’tah & berita wafatnya ketiga komandan perang yang telah ditetapkan, tibalah saat dimana kaum muslimin harus menentukan siapa pemimpin berikutnya. Hingga terpilihlah Khalid bin walid sebagai komandan perang menggantikan Abdullah bin Rawahah. Bukannya keunggulan di medan perang yang diwarisi Khalid di awal kepemimpinannya, tetapi jumlah pasukan yang kian menipis. Kondisi ini tidak kemudian membuat Khalid gentar. Pada saat terdesak itu, Khalid membagi pasukan muslim menjadi bagian depan, belakang, sayap kanan dan sayap kiri. Kemudian secara berkala masing-masing kelompok pasukan tersebut diputar posisinya, sehingga tampak seolah jumlah kaum muslimin sangat banyak. Hingga pada akhirnya kaum muslimin memenangkan peperangan tersebut.
Sebuah strategi perang yang cerdas dari seorang Khalid bin Walid, yang semula hanya pasukan biasa. Strategi itu tidak akan mungkin muncul begitu saja tanpa persiapan sebelumnya. Benar saja, kemanapun Khalid bepergian, entah melewati pegunungan, lembah ataupun jalan lainnya, dia selalu berpikir tentang strategi perang apa yang sesuai untuk medan yang dilaluinya tersebut. Latihan-latihan itulah yang kemudian mengantarkan Khalid menjadi panglima perang yang handal di kalangan kaum muslimin.
Giliran kita, yang entah kapan masa itu akan datang, masa dimana kita yang memimpin, akankah kita akan sesiap Khalid bin Walid ketika amanah itu datang??
Untuk itu, yang perlu kita persiapkan adalah latihan-latihan, atau minimal pemanasan-pemanasan kecil ala pemain cadangan, hingga pada saat itu tiba, kita sudah cukup matang untuk menerima amanah itu. Hingga pada saat itu tiba, kalau pun bukan kita yang menjadi pemimpin, setidaknya kita bisa menjadi masyarakat seberani Umar ataupun sebijak Ali.
Let’s do our best, together.. for the better future.. SEMUNGUUT!!!

25.11.11

Read Users' Comments (0)

0 Response to "Belum Ada Judul-1"

Posting Komentar